Para
bhikkhu bertanya (seputar bhavana),
Acharn
Jah menjawab :
1.
Tanya:
Saya
telah melaksanakan patipatti kammatthana (bhavana) dengan keras dan
bersungguh-sungguh.
Tapi sampai sejauh ini tidak terlihat gejala-gejala kemajuan.
Jawab:
Hal
ini penting diketahui. Jangan mengharap untuk mendapatkan sesuatu pun di saat
melaksanakan patipatti Dhamma. Keinginan yang kuat untuk segera terbebas dari
dukkha atau menembus kesunyataan, justru akan merupakan suatu hambatan yang menghalangi
Anda dari pembebasan. Anda boleh saja berusaha sekeras apa pun. Anda boleh saja
berusaha sepanjang hari dan sepanjang malam. Tapi, bila semua itu Anda dasari
dengan suatu keinginan, tak ada jalan bagi Anda untuk mendapat ketenangan atau
keheningan.
Kekuatan
yang merugikan dari suatu keinginan, merupakan penyebab munculnya keraguan dan
kegelisahan. Meskipun Anda melakukan patipatti Dhamma berapa pun lamanya dan
bagaimanapun kerasnya, panna tidak akan muncul bila dilandasi dengan suatu
keinginan. Maka dari itu, buanglah jauh-jauh perasaan keinginan itu. Lihat dan
perhatikan batin dan badan jasmani dengan sati (penyadaran) yang baik tanpa
suatu harapan untuk mencapai penembusan ataupun harapan-harapan lain. Dan
jangan ada perasaan terikat pada pekerjaan (patipatti) yang sedang dilakukan.
2.
Tanya:
Lalu
tentang tidur. Seharusnya saya tidur seberapa banyak?
Jawab:
Jangan
tanya Saya. Saya tak bisa menjawabnya. Ada orang yang merasa cukup tidur
kira-kira empat jam semalam. Bagaimanapun, yang penting adalah Anda harus
perhatikan dan tahu diri Anda sendiri. Bila Anda tidur terlalu sedikit, tubuh
Anda akan merasa tidak nyaman. Sulit untuk mengendalikan sati. Bila Anda
terlalu banyak tidur, pikiran akan bebal dan lamban. Atau mungkin Anda selalu
merasa kurang tidur. Oleh karena itu, Anda harus mencari keadaan yang cukup dan
layak bagi diri Anda.
Bila
Anda telah tersadar dari tidur, lalu ingin tetap bergolek di tempat tidur dan
ingin terlelap lagi, berarti Anda dikuasai oleh kilesa yang mengeruhkan batin.
Segeralah bangkitkan kesadaran (sati) begitu mata terbuka dari tidur.
3.
Tanya:
Lalu,
tentang makan. Seharusnya Saya makan seberapa banyak?
Jawab:
Tentang
makan ini pun sama dengan tentang tidur. Anda harus tahu tentang diri sendiri.
Sebaiknya Anda mengambil makanan secukupnya, sesuai dengan kebutuhan tubuh
Anda. Anda harus menganggap makanan sebagai obat penyembuh penyakit.
Perhatikan, Anda makan terlalu banyak hingga merasa mengantuk sesudah makan
atau tidak. Dan semakin lama, Anda bertambah gemuk atau tidak.
Kalau
iya, berhentilah! Perhatikan dan periksa tubuh dan batin Anda. Adakan
percobaan, hingga Anda tahu berapa banyak makanan yang sesuai dengan tubuh
Anda. Masukkan makanan ke dalam pata sesuai dengan perilaku seorang samana.
Anda
akan dengan mudah memperkirakan seberapa banyak makanan yang diperlukan.
Perhatikan diri sendiri dengan seksama di saat makan. Sati harus tetap
dikembangkan.
Itulah
hal-hal penting yang perlu diperhatikan di dalam melakukan patipatti Dhamma.
Tak ada sesuatu yang khusus. Hanya lihat dan perhatikan diri sendiri. Lihat
batin Anda. Anda akan tahu, bagaimana keadaan yang sesuai bagi Anda dalam
melaksanakan paƱipatti Dhamma.
4.
Tanya:
Batin
orang Asia dan batin orang Barat, apakah berbeda, Acharn?
Jawab:
Pada
dasarnya, keduanya tak berbeda. Kebudayaan dan tradisi secara eksternal, serta
bahasa memang berbeda. Tapi perasaan (batin) setiap manusia mempunyai ciri dan
sifat alamiah yang sama, orang Timur maupun orang Barat.
Kepadaman
atau padamnya dukkha adalah sama.
5.
Tanya:
Untuk
melaksanakan patipatti Dhamma, kita perlu banyak membaca buku Dhamma dan kitab
suci juga atau tidak?
Jawab:
Dhamma
Sang Buddha (kesunyataan), tak mungkin ditemukan di dalam teori dan
resep-resep. Bila Anda ingin mengetahui kesunyataan Dhamma yang diajarkan Sang
Buddha, Anda tak perlu terlalu pusing dan bingung tentang teori dan
resep-resep. Hanya perhatikan dan lihat batin Anda sendiri. Periksa dan
renungkan hingga benar-benar tahu bagaimana perasaan (batin) muncul dan padam.
Muncul dan padamnya perasaan, jangan perhatikan yang lain. Selalu kembangkan
sati, tahu apa pun yang ditemui atau dilihat. Inilah cara untuk menembus sacca
(kesunyataan) Dhamma Sang Buddha, sesuai dengan alamiahnya.
Segala
sesuatu yang Anda kerjakan saat melakukan patipatti adalah dhamma yang alamiah.
Di
saat Anda mengucapkan paritta, juga harus disertai dengan sati. Saat Anda
membuang
sampah dan mencuci WC, janganlah berpikir bahwa Anda sedang berbuat kebajikan
bagi seseorang yang Anda sukai atau Anda hormati. Dhamma harus selalu menyertai
saat Anda membuang sampah atau mencuci WC. Janganlah berpikir bahwa Anda sedang
melakukan kebajikan. Janganlah berpikir Anda sedang melaksanakan patipatti
Dhamma hanya di saat duduk bhavana.
Di
antara Anda, mungkin ada yang berpikir bahwa tak ada waktu untuk bhavana.
Lalu,
waktu untuk bernapas apakah juga tidak cukup? Pelaksanaan bhavana adalah
pengembangan sati itu sendiri. Pengembangan sati dan selalu waspada hingga
menjadi kebiasaan alamiah pada diri Anda dalam segala posisi.
6.
Tanya:
Kenapa
kita tidak ada acara tanya jawab tentang bhavana setiap hari, Acharn?
Jawab:
Bila
Anda mempunyai masalah, silakan bertanya setiap saat. Tapi acara tanya jawab
bhavana setiap hari seperti yang Anda maksudkan memang tak diperlukan.
Bila
Saya menjawab pertanyaan-pertanya an kecil atas setiap masalah Anda, Anda tak
akan mempunyai kesempatan untuk tahu tentang muncul dan padamnya keraguan dalam
batin Anda. Hal yang terpenting bagi Anda adalah belajar memeriksa dan
mengetahui diri Anda sendiri. Tanyalah pada diri sendiri.
Bersungguh-sungguhlah
mendengarkan Dhammadesana setiap kali. Lalu bandingkan dengan apa yang Anda
latih pada diri Anda. Berbeda atau tidak. Sama atau tidak. Kenapa Anda
mempunyai keraguan? Siapakah yang ragu itu? Hanya dengan memeriksa diri sendiri
lah Anda baru akan mengerti.
7.
Tanya:
Kadangkala
Saya merasa ragu akan vinaya. Kalau Saya dengan tak sengaja membunuh serangga,
salahkah Saya?
Jawab:
Sila
sama dengan vinaya. Dan Sila-Dhamma merupakan sesuatu yang amat penting bagi
pelaksanaan Dhamma kita. Tetapi Anda tidak harus terbebani dan terikat pada
peraturan itu secara fanatik atau membabi buta. Dalam hal membunuh atau
melanggar larangan-larangan itu, faktor terpenting adalah cetana
(niat/kehendak) . Anda tentu tahu batin Anda saat melakukan sesuatu. Jangan
terlalu gelisah memikirkan vinaya. Ada beberapa bhikkhu yang terlalu memikirkan
vinaya hingga tidur pun tak bisa nyenyak. Vinaya bukanlah sesuatu beban yang
harus dipikul. Ia hanya perlu dipatuhi.
Dalam
pelaksanaan Dhamma, vinaya adalah dasarnya. Vinaya beserta dhutangavatta
(pelaksanaan dhutanga) dan bhavana. Penggunaan sati dan kewaspadaan terhadap
tata tertib dan kewajiban hingga 227 sila mempunyai manfaat yang amat luas.
Membuat kita dengan mudah mencapai keberadaan yang tenang dan bahagia. Kita tak
perlu lagi mencari atau mereka-reka cara bagi kehidupan kita.
Dengan
mempunyai sati terhadap vinaya, kita bisa hidup bersama sebagai satu kesatuan,
dan pergaulan pun bisa berlangsung dengan lancar. Pelaksanaan tugas dalam
keseharian adalah sama. Tata tertib kita pun sama. Vinaya atau Sila-Dhamma
merupakan sebuah tangga yang kuat untuk menuju samadhi yang lebih tinggi. Dan
panna pun akan berkembang.
Pelaksanaan
yang benar terhadap vinaya dan dhutanga membuat kita bisa tinggal bahagia di
dalam kesederhanaan karena bisa membatasi jumlah barang atau keperluan yang
kita gunakan. Itulah yang diajarkan dan dilaksanakan secara sempurna oleh
Tathagata, yang mampu menghindari kejelekan dan mengembangkan kebajikan.
Kesederhanaan merupakan dasar bagi membersihkan batin dengan melihat dan
memperhatikan batin dan tubuh kita pada segala posisi. Saat duduk, berdiri,
berjalan ataupun berbaring, haruslah penuh dengan penyadaran.
8.
Tanya:
Apa
yang harus Saya lakukan saat keraguan muncul di batin? Kadang kala Saya merasa
gelisah karena muncul keraguan terhadap masa depan latihan Saya. Kadang muncul
pula keraguan terhadap acariya (guru).
Jawab:
Keraguan
adalah sesuatu yang biasa. Setiap orang memulai dengan suatu keraguan. Anda
bisa belajar banyak dari keraguan yang muncul. Hal yang terpenting adalah
jangan terikat dan terpengaruh perasaan ragu. Jangan mengikuti perasaan ragu
yang hanya akan berputar-putar bagai lingkaran yang tiada akhir. Sebaliknya,
perhatikan dan lihat kemunculan dan kepadaman dari perasaan ragu tersebut.
Bagaimana
ia muncul dan bagaimana ia padam. Dengan begitu Anda tak akan menjadi korban
dari perasaan ragu lagi. Anda bisa terbebas dari keraguan dan batin Anda akan
tenang. Anda akan mengetahui bagaimana segala sesuatu muncul dan padam.
Letakkan segala sesuatu yang mengikat dan mempengaruhi batin Anda. Buang semua
keraguan dengan cara memperhatikan dan menganalisanya. Itulah cara mengakhiri
perasaan ragu.
9.
Tanya:
Bagaimana
pandangan Acharn tentang teknik-teknik bhavana? Akhir-akhir ini muncul begitu
banyak guru-guru bhavana. Juga muncul bermacam-macam teknik bhavana yang
membuat kita bingung.
Jawab:
Persoalannya
sama dengan jalan masuk ke sebuah kota. Bisa masuk dari arah
utara,
arah tenggara atau arah lainnya. Melalui berbagai jalur jalan.
Kebanyakan
dari teknik-teknik yang benar itu hanya berbeda bentuk luarnya, melalui jalur
yang mana, lambat atau cepat. Bila Anda benar dalam mengembangkan sati, semua
itu sama. Hal yang utama adalah Anda bisa mencapai hasil yang benar dengan cara
tidak terikat dan melekat.
Kesimpulannya,
teknik bhavana yang bermacam ragamnya itu haruslah bertujuan melepas
keterikatan dan kemelekatan. PARA PRAKTISI TIDAK MELEKAT PADA GURU DAN
SEBAGAINYA. Dengan kata lain, teknik yang bertujuan untuk melepaskan diri dari
keterikatan dan kemelekatan adalah teknik yang benar.
Anda
boleh saja mengadakan perjalanan untuk mencari guru yang lain dan mencoba
teknik lain. Itu merupakan suatu keinginan yang wajar. Anda akan tahu sendiri.
Walau Anda telah bertanya masalah-masalah kesulitan yang Anda hadapi dan Anda
mempunyai banyak pengetahuan tentang teknik yang lain, Anda tentu akan merasa
bosan karena dengan begitu Anda tak akan mendapatkan jalan untuk mengetahui
sacca Dhamma. Akhirnya, Anda akan mengetahui dan menyadari bahwa Anda akan
berhasil hanya dengan memperhatikan dan menganalisa batin Anda sendiri. Anda
akan tahu bahwa untuk mengerti ajaran Sang Buddha, Anda tak perlu mencari-cari
atau mengais-ngais sesuatu yang di luar diri Anda. Anda harus berpaling kembali
untuk menghadapi sabhava Dhamma yang sesungguhnya di dalam diri Anda. Di
sanalah Anda bisa mengerti tentang Dhamma.
10.
Tanya:
Beberapa
kali Saya melihat beberapa bhikkhu di sini tidak melaksanakan bhavana. Mereka
kelihatan mempunyai sati yang lemah. Hal ini amat mengganggu pikiran Saya.
Jawab:
Adalah
suatu kesalahan besar bila Anda memperhatikan dan terganggu oleh apa yang
dilakukan orang lain. Hal ini sama sekali tidak membantu bagi kemajuan diri
Anda. Bila Anda merasa terganggu, lihatlah perasaan (batin) Anda yang terganggu
itu. Bila orang lain kurang baik atau ia bukanlah seorang bhikkhu yang baik,
janganlah terganggu olehnya. Vinaya adalah sarana untuk memajukan bhavana Anda,
bukanlah untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Kembangkan sati pada diri
sendiri. Inilah yang penting.
11.
Tanya:
Saya
berusaha bertindak dengan sangat waspada dan berhati-hati terhadap 6 indriya
Saya. Pandangan mata Saya selalu tertuju ke bawah dan Saya selalu
mengembangkan
sati. Misalnya pada saat makan, Saya membutuhkan waktu yang lama karena Saya
makan perlahan-lahan. Saya selalu berusaha tahu apa yang sedang Saya lakukan.
Mengunyah, tahu terhadap rasa dan menelan makanan. Semua Saya perhatikan dengan
sungguh-sungguh dan berhati-hati. Apakah cara Saya tersebut sudah benar?
Jawab:
Mengembangkan
kewaspadaan dengan 6 indriya adalah baik. Kita harus mengembangkan sati
sepanjang hari. Tetapi jangan dilakukan secara kaku dan dibuat-buat. Berjalan,
makan ataupun lain-lain pekerjaan harus dikerjakan secara normal [tidak
dibuat-buat] . Dan sati pun harus bekerja secara alamiah pula. Jangan terlalu
kaku dan dipaksa. Batin Anda tak bisa ditekan dan dipaksa. Itu merupakan salah
satu jenis tanha (keinginan). Sabar dan telaten merupakan hal yang amat
diperlukan. Bila Anda melakukan semua itu secara normal dan alamiah disertai
dengan pengembangan sati yang benar, panna akan muncul secara alamiah pula.
12.
Tanya:
Perlukah
kita duduk bhavana berlama-lama?
Jawab:
Duduk
bhavana berlama-lama hingga berjam-jam terus menerus kiranya tidaklah selalu
diperlukan. Hal yang benar-benar diperlukan adalah kita harus mempunyai sati di setiap posisi kehidupan
sehari-hari. Bhavana harus Anda mulai sejak bangun tidur di pagi hari, lalu
diteruskan secara berkesinambungan hingga terlelap di malam hari. Anda tak
perlu memperhatikan berapa lama Anda
duduk bhavana. Tugas Anda hanyalah memperhatikan dan menyadari saat berjalan,
duduk atau MASUK KE KAMAR MANDI/WC SEKALI PUN.
Hidup
seseorang tergantung dari kammanya. Ada orang yang mati saat berumur 50 tahun,
ada yang pada saat berumur 60 tahun, dan ada pula yang berumur 90 tahun. Begitu
pula jalan hidup Anda. Jangan terlalu berpikir tentang hal ini. Kembangkan
penyadaran dan biarkan semuanya berlangsung sesuai dengan alamiahnya. Dengan
demikian batin Anda pun akan semakin tenang menghadapi suasana lingkungan hidup
di sekitar Anda.
Ia
akan hening dan bening, sehening dan sebening telaga di tengah hutan belantara
di mana satwa-satwa yang perkasa dan molek meminum airnya. Anda akan melihat
kesunyatan dari segala sesuatu [sankhara] dengan nyata dan jelas. Anda akan
menyaksikan keajaiban yang menakjubkan dari segala sesuatu yang muncul dan
padam kembali, tapi batin Anda tetap di dalam keadaan hening dan bening.
Walau
persoalan-persoalan akan muncul dalam batin Anda, tapi Anda akan mengerti
dengan jelas seketika. Itulah yang dinamakan Vihara Dhamma yang penuh kedamaian
dan kebahagiaan seorang Buddha [orang yang mencapai pencerahan].
13.
Tanya:
Saya
masih suka mempunyai banyak pikiran. Batin Saya selalu gelisah, padahal Saya
sudah berusaha selalu mempunyai sati.
Jawab:
Hal
ini jangan membuat Anda gelisah dan berkecil hati. Berusahalah untuk
mempertahankan pikiran pada saat kini [paccupana]. Perhatikan dan lihat apa pun
yang sedang muncul dalam batin. Biarkan dan jangan terikat padanya, lepaskan
ia. Lepaskan pula harapan untuk tidak berpikir sekali pun. Batin Anda akan
mencapai keadaan alamiahnya yang bening dan hening. Tidak terbagi di antara
kebaikan dan kejelekan, panas dan dingin, cepat dan lambat. Tak ada ‘kita’, tak
ada ‘dia’, tak ada ‘diriku’, tak ada ‘milikku’. Segala sesuatu berada dan
berlangsung sesuai dengan alamiahnya.
Bila
Anda berjalan pindapata, tak perlu berbuat sesuatu yang khusus, misalnya harus
pergi sendiri atau beramai-ramai. Di mana pun Anda berada, harap tahu diri.
Dengan melakukan sesuatu secara normal, Anda akan mendapatkan kemudahan. Bila
muncul keraguan, lihat saja kemunculan dan kepadamannya, dan lepaskan ia.
Sama
dengan ketika Anda berjalan di jalanan. Kadang Anda menemui sesuatu yang
merintangi jalan Anda. Bila saat itu muncul kilesa yang membuat Anda jengkel,
segera sadari ia. Lihat sampai kilesa itu berlalu. Jangan berpikir lagi tentang
sesuatu yang merintangi jalan Anda tadi. Juga jangan berpikir secara mereka-reka.
Tetaplah berada dalam kekinian [paccupana]. Jangan berpikir tentang jauhnya
jarak yang sedang atau akan ditempuh. Juga jangan berpikir tentang tujuan
perjalanan Anda. Semua akan berubah seiring dengan berlangsungnya perjalanan
Anda. Itu akan terjadi dengan sendirinya.
Jangan
terikat pada semua itu. Pada akhirnya, batin akan mencapai keseimbangan yang
alamiah. Dan proses pencapaian Dhamma akan berlangsung secara otomatis. Segala
sesuatu [sankhara] yang muncul akan padam secara alamiah pula.
14.
Tanya:
Than
Acharn pernah mengajarkan bahwa samatha atau samadhi dan vipassana atau panna
merupakan satu kesatuan. Harap Acharn menerangkan kembali.
Jawab:
Sebenarnya
hal ini amat mudah dimengerti. Samatha atau samadhi dan vipassana atau panna
haruslah saling berhubungan dan saling mendukung. Pada awalnya batin mencapai
ketenangan dengan samatha bhavana. Dengan berdasarkan ketenangan ini batin
melaksanakan penganalisaan yang menghasilkan panna. Panna (kebijaksanaan)
inilah yang bisa membuat batin hening di saat menutup mata maupun berada dalam
keramaian.
Kita
ibaratkan, dulu Anda adalah seorang anak, tapi kini sebagai orang dewasa. Anak
dan orang dewasa tersebut sebagai seorang yang sama atau tidak? Anda mungkin
berpikir bahwa keduanya adalah orang yang sama. Di lain sisi, mungkin Anda akan
berpikir bahwa keduanya adalah orang yang berbeda.
Satu
ibarat lagi, seperti makanan dan kotoran [tahi]. Bisa dikatakan sesuatu yang
sama. Namun di sisi lain bisa dikatakan sebagai sesuatu yang berbeda.
Persoalan
ini sama dengan samatha dan vipassana.
Bisa
dikatakan berbeda, bisa pula tidak, tapi tetap saling ada kaitannya. Merupakan
suatu proses [arus] yang tak terelakkan. Bisakah orang dewasa muncul, bila
tidak menjadi anak lebih dulu? Adakah kotoran [tahi] bila tak ada makanan yang
dimakan?
Bagaimanapun,
jangan hanya percaya pada apa yang Saya katakan. Laksanakanlah sendiri, Anda
akan tahu kebenarannya. Bila Anda telah mengetahui dan mengerti bagaimana
samadhi <melalui samatha> dan panna <melalui vipassana> muncul,
Anda akan bisa mengetahui kesunyataan yang sebenarnya.
Masa
kini, MASYARAKAT BUDDHIS SEDANG TERIKAT DAN MELEKAT PADA NAMA DAN SEBUTAN. Ada
yang menyebut meditasi mereka dengan nama ‘Vipassana’, maka samatha pun
terinjak-injak [baca: tidak dihargai]. Telah diterangkan, samatha dan vipassana
bukanlah sesuatu yang bisa dipisah-pisahkan. Kita tak perlu pusing dengan
pengkotak-kotakan semacam itu. Laksanakan ajaran dengan baik, maka Anda akan
tahu sendiri.
Berusahalah
untuk mencapai konsentrasi yang memusat [ekaggata]. Dengan landasan yang kokoh
ini, periksa dan analisa diri sendiri. Jangan terikat pada konsentrasi yang
memusat [jhana] yang akan bisa membuat Anda terlarut dan terbuai.
15.
Tanya:
Kenapa
kita harus melaksanakan dhutanga, misalnya hanya makan satu kali sehari dan
hanya makan makanan yang ada di dalam pata [mangkuk kebhikkhuan] ?
Jawab:
Kedisiplinan
dalam dhutanga adalah sarana bagi kita untuk menghancurkan kilesa. Misalnya,
kebiasaan makan dengan pata, semua jenis makanan dicampur/diaduk di dalam pata,
membuat sati kita semakin kokoh. Kita bisa mengingat dengan baik, bahwa makanan
adalah sama dengan obat penyembuh penyakit, bukan sesuatu yang dinikmati
menuruti kilesa. Bila seseorang telah mampu mengatasi kilesa, tentu tak
berkeberatan untuk makan makanan yang telah dicampur aduk di dalam pata. Makan
dengan cara apa pun tak nenjadi soal baginya. Kita melaksanakan cara-cara yang
mudah dan sederhana.
Sang
Buddha tidak mengharuskan pelaksanaan dhutanga ini bagi semua bhikkhu. Beliau
mengajarkan dhutanga bagi bhikkhu-bhikkhu yang menginginkan hasil yang cepat
dengan pelaksanaan praktek yang ketat dan keras. Itu semua guna membantu batin
kita semakin kokoh dan mantap.
Semua
tata tertib dhutanga itu untuk dilaksanakan, bukan untuk mencari kelemahan
orang lain. Lihatlah diri sendiri, apa yang bermanfaat bagi diri Anda. Misalnya
membiasakan diri tidak tinggal menetap terlalu lama di satu tempat [kuti], agar
tak terikat dan melekat pada tempat tinggal.
16.
Tanya:
Bagaimanakah
caranya mengatasi kamaraga (nafsu seks) saat kita melaksanakan patipatti
Dhamma? Kadang kala Saya merasa sebagai budak dari nafsu seks yang sedang
muncul.
Jawab:
Kamaraga
bisa diatasi dengan merenungkan tentang hal yang kotor dan menjijikkan. Terbuai
pada bentuk badan jasmani yang indah merupakan salah satu sisi yang ekstrim.
Harus dilawan dan diatasi dengan sesuatu yang berlawanan, yaitu ketidakindahan.
Renungkan badan jasmani yang telah menjadi mayat serta perubahan-perubahan nya
selajutnya. Membengkak, membusuk, mengeluarkan cairan dan seterusnya, hingga
mengetahui dengan benar kondisi tubuh yang menjijikkan ini. Dengan begitu
kamaraga akan segera teratasi.
17.
Tanya:
Bagaimana
pula bila muncul kemarahan?
Jawab:
Anda
harus sering mengembangkan perasaan welas asih (metta Dhamma). Bila muncul dosa
(kemarahan) di saat Anda melakukan bhavana, atasi dengan metta. Bila ada yang
marah atau berbuat kejelekan pada Anda, jangan membalas dengan tindakan yang
sama. Bila Anda membalasnya, berarti Anda lebih jelek daripadanya. Berbuatlah
bijaksana. Maklumilah dia. Kasihanilah dia, sebab dia sedang mendapatkan
dukkha. Kasihanilah dia seperti mengasihani adik Anda yang tercinta.
Pergunakan
metta sebagai objek bhavana. Juga kembangkan metta pada semua makhluk di dunia.
Hanya dengan begitu kebencian dan kemarahan bisa diatasi.
Terkadang
Anda melihat kawan bhikkhu melakukan patipatti Dhamma yang kurang benar,
membuat Anda gemas dan terganggu. Mungkin anda akan berpikir: “Dia tidak
sehebat Saya. Dia bukanlah seorang bhikkhu dhutanga yang keras seperti Saya.
Dia bukanlah bhikkhu yang baik.” Ini adalah kilesa yang membuat batin Anda
menjadi kelam. Itu akan membuat berkembangnya kilesa yang membuat batin Anda
menjadi suram dan kumal. Dalam hal ini Anda tak perlu membuat perbandingan
antara Anda dan dia. Jangan membedakan antara dia dan kita. Buanglah pandangan
salah itu, dan perhatikan diri sendiri. Inilah jalan Dhamma kita. Anda tak akan
mampu memaksa semua orang berlaku seperti yang Anda kehendaki dan seperti yang
Anda lakukan. Keinginan semacam ini hanya akan menimbulkan dukkha. Banyak
praktisi bhavana yang terseret dan berpandangan salah seperti ini.
Mencari
kesalahan orang lain tak akan menimbulkan panna (kebijaksanaan). Renungkan dan
analisa yang ada pada diri Anda, perasaan Anda, maka Anda akan mengerti.
18.
Tanya:
Suatu
kali Saya merasa amat lesu dan amat mengantuk, membuat Saya merasa kesulitan
dalam bhavana.
Jawab:
Banyak
cara untuk mengatasi rasa mengantuk. Bila Anda duduk di tempat yang
remang-remang atau gelap, pergilah ke tempat yang terang, atau buka mata
lebar-lebar, bangun dan cuci muka. Boleh juga tepuk-tepuk muka sendiri, atau
pergi mandi. Bila Anda masih merasa mengantuk, gantilah posisi dengan bhavana
berjalan, atau berjalanlah mundur. Rasa takut terantuk sesuatu<pohon misalnya>,
mungkin bisa menghilangkan rasa kantuk.
Bila
masih juga mengantuk, cobalah berdiam diri. Buatlah pikiran jadi segar dan
bersemangat dengan cara membayangkan saat itu adalah tengah hari yang terang
dan cerah. Atau duduklah di tepian jurang yang curam dan dalam, boleh juga di
tepian kolam yang dalam. Dengan begitu, Anda tak berani untuk terlelap. Bila
berbagai cara telah Anda lakukan dan Anda tetap merasa mengantuk, ya pergi
tidur saja, karena berarti Anda memang perlu tidur. Namun Anda sebaiknya tetap
berusaha untuk membangkitkan semangat. Baringkan tubuh Anda dengan tetap
berusaha mengembangkan sati, hingga Anda terlelap dengan sendirinya.
Begitu
terbangun dan kesadaran muncul, segeralah bangkit dari tidur. Jangan
sekali-sekali
menengok jam atau membalikkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Bangkitlah, segera
kembangkan sati.
Bila
Anda mempunyai kebiasaan mengantuk di setiap harinya, cobalah kurangi jumlah
makan yang Anda konsumsi. Perhatikan dengan seksama. Saat kira-kira lima suapan
lagi akan merasa kenyang, berhentilah! Lalu, minumlah air hingga merasa ‘cukup’
kenyang. Selanjutnya, perhatikan diri Anda hingga tahu berapa banyak makanan
yang harus Anda konsumsi agar kebiasaan mengantuk itu hilang.
Anda
harus tahu perkiraan tentang makan bagi Anda sendiri. Bila Anda berhasil, tubuh
dan pikiran Anda akan terasa ringan dan nyaman, walau hanya dengan sedikit
makanan. Anda harus mampu mengubah diri sendiri.
19.
Tanya:
Kenapa
kita di sini harus sering melakukan namakkara?
Jawab:
Namakkara
ini amat penting dilakukan. Merupakan salah satu perbuatan tubuh dalam
pelaksanaan Dhamma. Namakkara ini harus dilakukan dengan cara yang benar.
Berlutut, membungkukkan badan hingga kening menyentuh lantai. Bersamaan dengan
itu letakkan siku di lantai pula dengan jarak kurang lebih tiga inci dari
lutut. Namakkara dilakukan dengan pelan-pelan, tidak terlalu cepat dan selalu
disertai dengan sati yang baik dan cermat. Namakkara amat membantu dalam
mengikis kesombongan diri. Saat Anda melakukan namakkara sebanyak tiga kali,
Anda harus mengenang keluhuran Sang Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai ciri-ciri
keluhuran batin yang suci, cemerlang dan hening. Perilaku tubuh ini bermanfaat
untuk melatih diri. Tubuh dan batin berpadu dalam melatih kemuliaan. Dalam
melatih diri menuju kemuliaan, tak perlu Anda menilai bagaimana orang lain
melakukannya.
Bila
ada samanera kecil tak bersungguh-sungguh melakukan namakkara atau ada seorang
bhikkhu tua yang telah lemah satinya [penyadaran] , bukan hak Anda memvonisnya.
Karena ada orang yang cepat mengerti dalam belajar, ada pula yang lambat. CEPAT
MEMVONIS PERILAKU ORANG LAIN, HANYA AKAN MENAMBAH KEKOTORAN BATIN. Perhatikan
diri sendiri terlebih dahulu.
Dengan
seringnya kita namakkara, bisa membasmi kesombongan agar bisa memasuki Dhamma.
Anda akan menjadi orang yang rendah hati, karena telah bebas dari perasaan
sombong dan mementingkan diri sendiri.
20.
Tanya:
Apakah
yang biasanya menjadi halangan dan penghambat bagi murid-murid baru Acharn?
Jawab:
Ditthi,
yaitu pandangan dan pemikiran yang berhubungan dengan segala sesuatu mengenai
diri sendiri, mengenai patipatti dan mengenai ajaran Sang Buddha pada umumnya.
Banyak dari mereka yang datang ke sini adalah orang-orang yang terhormat dalam
masyarakat. Ada pula pedagang atau pengusaha yang berhasil, sarjana, guru atau
pegawai negeri. Kepala mereka penuh dengan pandangan dan pemikiran yang hebat
dan merasa telah pandai untuk mau mendengar kata-kata orang lain.
Ibarat
sebuah mangkuk yang penuh dengan air kotor, maka mangkuk tersebut tak bisa
dimanfaatkan dengan baik. Hanya dengan membuang air kotor dari dalam mangkuk,
kita bisa memanfaatkan mangkuk tersebut. Anda harus mengosongkan pikiran dari
pandangan dan pemikiran kotor bila Anda ingin belajar dan maju.
Latihan
kita ini di luar dari kepandaian dan kebodohan. Bila Anda berpikir:”Saya adalah
orang hebat. Saya adalah hartawan, Saya adalah orang besar, Saya telah mengerti
ajaran Sang Buddha”, Anda tak akan mampu mengerti tentang kebenaran anatta atau
tanpa inti. Anda hanya bisa melihat adanya ‘diri’. Diriku, milikku. Buddha
sasana mengajarkan tanpa diri, hampa, tanpa dukkha sebagai suatu kepadaman
[Nibbana].
21.
Tanya:
Kilesa
yang membuat batin berkabut dan suram, seperti lobha (keserakahan) atau
kemarahan merupakan sesuatu yang maya ataukah sesuatu kebenaran?
Jawab:
Kedua-duanya.
Kekotoran batin atau kilesa, yaitu lobha (keserakahan), dosa / kodha
(kemarahan) dan moha (kebodohan/kesesata n) hanyalah merupakan sebutan atau
nama yang telah disetujui bersama, seperti mangkuk besar, mangkuk kecil dan
lain-lain. Ini merupakan sesuatu yang bukan sebenarnya.
Hanya
merupakan suatu hasil pemikiran yang mengikuti suatu keinginan. Bila kita
sedang mambutuhkan sebuah mangkuk besar, mangkuk yang ukurannya lebih kecil
kita katakan ‘terlalu kecil’.
Tanha
(keinginan) membuat kita membanding-bandingk annya dan memberi sebutan. Hal
yang sebenarnya adalah: begitulah apa adanya benda-benda itu!
Cobalah
Anda berpikir pada sisi ini. Anda seorang laki-lakikah? Anda menjawabnya: “Ya.”
Ini hanyalah merupakan sebuah penampakan. Yang sebenarnya adalah, Anda hanyalah
merupakan suatu susunan dari berbagai unsur yang berpadu. Bila batin telah
terbebas, batin tak akan mengadakan pemisahan-pemisahan atau perbandingan-
perbandingan. Tak ada besar, tak ada kecil, tak ada dia, tak ada kita. Tak ada
apa-apa. Anatta, tak ada diri. Kebenaran akhir akan muncul, tak ada atta maupun
anatta. Yang ada hanyalah sebutan.
22.
Tanya:
Mohon
Than Acharn menerangkan tentang kamma.
Jawab:
Kamma
disebut juga perbuatan. Perbuatan ini muncul karena adanya keterikatan atau
kemelekatan terhadap kaya (badan jasmani), vaci (ucapan) dan mano (pikiran).
Perbuatan akan dilakukan bila masih ada kemelekatan atau keterikatan. Kita
melakukan perbuatan hingga terbiasa, yang membentuk suatu karakter/sifat dan
menyebabkan dukkha di kemudian hari. Ini sebagai akibat dari kemelekatan
tersebut.
Kilesa
yang membuat batin kotor dan suram telah muncul dan ada sejak kehidupan lampau.
Kemelekatan membuat kita berbuat kamma. Contohnya, sebelum ditahbis menjadi
bhikkhu, Anda adalah seorang pencuri. Perbuatan yang Anda lakukan membuat si
pemilik barang menjadi tidak senang. Bukan itu saja. Ayah bunda Anda pun tidak
merasa senang. Kini Anda sebagai seorang bhikkhu. Setiap kali Anda terkenang
akan perbuatan Anda yang membuat orang lain berduka, Anda pun merasa tak
nyaman, menyesal dan berduka.
Oleh
karena itu harap dicamkan, kaya kamma (perbuatan yang dilakukan oleh tubuh),
vaci kamma (ucapan) dan mano kamma (pikiran) merupakan suatu penyebab munculnya
hasil di hari mendatang. Bila Anda pernah berbuat kebajikan di masa lalu dan
Anda mengenangnya di masa ini, Anda akan merasa berbahagia. Kebahagiaan
merupakan buah dari perbuatan masa lalu. Segala sesuatu tergantung dari sebab
dan akibat, dalam jangka panjang maupun pendek. Bahkan di setiap saat.
Namun
dalam melaksanakan bhavana, Anda tak perlu berpikir tentang masa lalu, sekarang
maupun yang akan datang. Hanya perhatikan dan renungkan badan jasmani dan
pikiran. Renungkan hingga melihat dan tahu kebenaran tentang kamma dengan jelas
dan terang. Dan jangan lupa, jangan mencari kesalahan yang diperbuat orang
lain. Jangan ikut berduka atas duka orang lain.
Renungkan
dan terimalah ajaran yang baik dari guru Anda. Anda akan mampu mencapai
ketenangan batin seperti sang guru. Walau saat ini belum begitu mengerti dan
memahami, namun bila Anda laksanakan dengan baik, Anda akan mencapai penerangan
setahap demi setahap.
Dulu
ketika kita masih kanak-kanak, ibu dan ayah kita menerapkan peraturan-peraturan
yang kadang kita anggap terlalu keras. Padahal, semua itu <sebenarnya>
karena beliau sayang pada kita.
Memerlukan
waktu yang cukup lama bagi kita untuk menyadari hal itu.
Begitupun
dengan guru kita. Kadang mereka keras dan galak pada kita, membuat kita merasa
tak senang dan jengkel. Namun lama kelamaan, di kemudian hari, baru kita tahu
dan mengerti kenapa kita dimarahi. Dan itu perlu waktu yang cukup lama serta
kesabaran untuk menyadarinya.
Namun
bagi orang yang merasa cepat pandai dalam waktu singkat, justru tak akan ada
kesempatan untuk menjadi pandai dan mengerti.
Anda
harus segera membuang rasa ‘sok pintar’ dari diri Anda. BILA ANDA MERASA LEBIH
PINTAR DARI ORANG LAIN, HANYA DUKKHA YANG AKAN ANDA TERIMA. Anda patut untuk
dikasihani.
23.
Tanya:
Saya
berpikir, sejak ditahbis menjadi bhikkhu, saya hanya menemui kesedihan
dan
kesulitan dibandingkan sebelumnya.
Jawab:
Saya
pikir, di antara kalian mempunyai latar belakang yang menyenangkan, mempunyai
harta berlimpah dan mempunyai kebebasan yang luas. Kalau dibandingkan dengan
saat ini <sebagai seorang bhikkhu>, Anda harus berlatih mengendalikan
diri dan hidup dalam kesederhanaan. Ditambah lagi, Saya mengharuskan Anda untuk
duduk bhavana selama berjam-jam. Kondisi udara dan makanannya amat jauh berbeda
dengn rumah dan kota Anda.
Namun
semua orang haruslah melewati kesulitan dan derita, sedikit atau banyak.
Kesulitan dan derita demi menuju padamnya dukkha. Merupakan sarana bagi Anda
untuk belajar dan berlatih. Bila muncul kemarahan dan kejengkelan atau muncul
perasaan kasihan pada diri sendiri, itu merupakan kesempatan yang amat baik
untuk berlatih agar mengerti perihal batin. Sang Buddha pun mengatakan, kilesa
bisa menjadi guru bagi kita.
Saya
menganggap murid-murid Saya sebagai anak-anak Saya. Saya selalu sayang dan
menaruh harapan baik [metta] pada Anda sekalian. Bila dirasa Saya menyebabkan
Anda susah dan berduka, itu demi kepentingan dan kebaikan Anda.
Saya
tahu, di antara kalian ada yang berpendidikan rendah, mempunyai pengetahuan dan
pengalaman duniawi sedikit, tapi mampu berlatih Dhamma dengan mudah. Ada pula
orang barat di antara kalian, yang biasanya mempunyai rumah besar dan mewah. Ia
harus menyapu, menggosok dan mengepel ruang-ruang yang luas, misalnya dapur,
perpustakaan dan lain-lain. Ia harus bekerja keras untuk itu. Dan itu harus Anda
mengerti.
Ketika
Saya masih sebagai bhikkhu muda, Saya tak menemui kesulitan yang berarti
seperti Anda. Saya berbicara dengan bahasa daerah Saya. Saya makan makanan
kampung Saya. Namun begitu, kadang-kadang muncul perasaan menyesal dan ingin
lepas jubah. Pernah pula sampai ingin bunuh diri. Saya berduka. Duka ini muncul
akibat dari pandangan yang salah. Bila Anda telah menembus kebenaran [sacca
Dhamma], Anda akan bisa membuang pandangan salah tersebut dan menemui
kebahagiaan.
24.
Tanya:
Saya
telah mencapai ketenangan yang dalam. Sesudah itu, apa yang harus Saya lakukan?
Jawab:
Bagus.
Batin telah menjadi tenang dan mencapai samadhi. Dengan landasan samadhi ini,
lakukan penganalisaan dan perenungan terhadap badan jasmani dan citta. Kalaupun
batin kemudian keluar dari ketenangan, ketahui dan sadari dengan baik. Anda
akan mampu masuk ke dalam samadhi dengan baik kembali. Apa sebab? Anda telah
mengetahui tentang ketidaktetapan. Ketenangan pun mempunyai sifat yang tidak
kekal. Bila Anda terikat dan terbuai dalam ketenangan, Anda akan merasa duka
bila batin tak berhasil masuk ke dalam ketenangan. Maka dari itu, lepaskan
semuanya, termasuk keterikatan pada ketenangan.
25.
Tanya:
Saya
dengar Than Acharn pernah merasa khawatir pada murid-murid yang terlalu bersemangat
dalam latihan.
Jawab:
Benar.
Saya mengkhawatirkan mereka yang terlalu bersemangat. Mereka terlalu berusaha,
tapi kurang menggunakan panna. Mereka terlalu memaksakan diri hingga menderita
tanpa guna. Ada pula yang mempuyai keinginan yang terlalu besar untuk mencapai
penerangan hingga seolah selalu tegang, gelisah dan menggeretakkan gigi. Dengan
begini, mereka tak akan mampu melihat kesunyataan dari segala sesuatu yang
bersifat sankhara.
Citta
(batin) dan rupa (badan jasmani) adalah sesuatu yang selalu berubah. Perhatikan
dan teliti dengan cermat. Jangan melekat padanya.
26.
Tanya:
Sudilah
Than Acharn memberi kesimpulan atas tanya jawab kali ini.
Jawab:
Anda
harus memperhatikan diri sendiri di dalam berlatih. Mengetahui siapakah Anda.
Merenngkan badan jasmani (kaya) dan batin (citta) dalam duduk bhavana,
berjalan, berbaring, makan, minum dan lain-lain. Anda harus mengetahui
kebutuhan sederhana Anda. Gunakan kebijaksanaan dan buang harapan-harapan untuk
mendapatkan hasil. Gunakan penyadaran jeli [sati] di dalam melakukan segala
perbuatan dan pekerjaan. Latihan kita adalah langsung masuk ke dalam batin.
Anda
akan melihat dukkha, penyebab dukkha dan padamnya dukkha. Namun Anda harus
mempunyai ketahanan dan kesabaran yang tinggi. Jangan cepat marah, karena
seorang pemarah tak akan mampu mencapai suatu ketenangan, apa lagi keluhuran.
Dengan begitu akan muncul pengetahuan dan pengertian secara bertahap.
Sang
Buddha mengharuskan setiap bhikkhu baru bertinggal bersama acariya minimal lima
tahun. Anda akan tahu manfaatnya. Anda akan tahu manfaat kesabaran dan
pengorbanan. Jangan terlalu tegang dalam melakukan bhavana. Jangan terikat dan
terbuai pada keadaan dan bentuk-bentuk luar yang bersifat maya.
Vinaya
kebhikkhuan dan tata tertib vihara yang baik merupakan hal yang sangat penting.
Jangan menbanding-bandingk an dan membedakan orang lain
dengan
diri kita. Kita tak akan berhasil mengubah orang lain agar seperti kita.
Bersabarlah
dan berusahalah agar batin dipenuhi oleh Dhamma, bertinggal dalam kesederhanaan
demi bebasnya dari pandangan yang mementingkan diri sendiri, menuju keheningan
dan kedamaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar