Apabila
anda mengalami fenomena bathin atau pikiran jadi terang bercahaya, atau
mengalami penglihatan istana dewata, dsb. — tidak perlu cemas. Cukup sadari
saja apa yang sedang anda alami dan tetap meditasi. Kadang-kadang setelah
beberapa saat nafas ini terasa pelan mendekati berhenti. Seolah-olah nafas akan
lenyap dan anda terkejut. Jangan khawatir, tidak ada yang perlu ditakutkan.
Anda hanya mengira bahwa nafas ini akan berhenti. Sebenarnya nafas tetap berada
di sana, cuma ia jadi lebih halus daripada biasanya. Dengan berjalannya waktu,
nafas akan kembali normal dengan sendirinya.Pada mulanya, anda cukup hanya
memusatkan perhatian(konsentrasi) agar pikiran tenang dan diam. Apakah sedang duduk
di kursi, sedang mengendarai mobil, mendayung perahu, atau di manapun anda
berada, anda mesti jadi cukup mahir dalam meditasi sehingga anda dapat memasuki
keadaan tenang sesuai dengan kemauan. Ketika anda naik kereta dan duduk di
dalamnya, segera bawa pikiran anda pada keadaan tenang. Sedang apapun anda,
anda dapat selalu bermeditasi. Tingkat kemahiran ini menandakan bahwa anda
menjadi terbiasa dan bersahabat denga Jalan. Kemudian anda menyelidikinya.
Gunakan kekuatan dari ketenangan ini untuk menyelidiki yang anda alami.
Pada
apa yang anda lihat, pada apa yang anda dengar, cium, kecap, rasa dalam tubuh
anda,atau pikiran dan perasaan dalam bathin. Pengalaman inderawi apapun yang
memunculkan diri — disukai atau tidak — ambillah untuk kontemplasi. — Sekedar
benar-benar tahu apa yang sedang anda alami [sekarang, di sini]. Jangan
memberikan
makna
atau menafsirkan maknanya kepada objek kesadaran indria ini. Jika sesuatu baik,
ketahuilah bahwa ia baik, jika buruk, juga ketahuilah bahwa ia buruk. Ini
merupakan realitas konvensional.
Baik
atau jahat, semuanya tidak permanen, tak dapat memuaskan dan tanpa diri.
Semuanya tidak bisa diandalkan. Tak sesuatupun darinya yang layak untuk
digenggam atau dilekati. Jika anda dapat menjaga latihan kedamaian dan
penyelidikan ini (peace and inquiry), kebijaksanaan akan bangkit dengan
sendirinya. Apapun yang diinderai dan dialami akan masuk ke dalam liang
ketidak-kekalan, liang tak ada sesuatu yang bisa memuaskan, dan lubang
tanpa-diri. Inilah adalah meditasi vipassana.
Pikiran
itu sejatinya memang sudah tenang,ketika pikiran yang tidak murni timbul,
lemparlah mereka ke dalam salah satu dari tiga lubang sampah itu. Inilah esensi
dari vipassana: buanglah segalanya ke dalam anicca, dukkha,anatta. Baik, buruk,
tidak menyenangkan, atau apapun — lepaskan saja. Dalam waktu singkat pemahaman
dan insight akan mekar di tengah-tengah tiga corak umum ini – insight yang
masih lemah, ya memang. Pada tahap awal kebijaksanaan ini masih lemah, tetapi
cobalah memelihara latihan dengan konsisten.
Sulit
untuk mengatakannya, ini seperti seseorang yang ingin mengenal saya, mereka
harus datang dan tinggal di sini.
Dengan
hubungan sehari-hari kita akan saling mengenal.
Ini
merupakan waktu yang panjang sejak kita mulai bermeditasi.
Meditasi
untuk memahami, untuk melepaskan, untuk menghapuskan, dan untuk menjadi tenang.
Dulu
saya adalah seorang bhikkhu-pengembara. Saya telah berkelana dengan jalan kaki
untuk mengunjungi guru-guru dan mencari kesunyian. Saya tidak berkeliling buat
member ceramah Dhamma. Saya pergi untuk mendengarkan Dhamma dari guru-guru
besar Buddhis waktu itu. Saya tidak pergi untuk mengajar mereka. Saya
mendengarkan nasehat apapun yang mereka berikan. Walaupun Bhikkhu muda atau
junior yang mengatakan Dhamma, saya mendengarnya dengan sabar.
Bagaimanapun
saya jarang berdiskusi tentang Dhamma. Saya tidak melihat manfaat dari diskusi
yang berkepanjangan.
Saya
menerima ajaran apa adanya, langsung pada apa yang ditunjuk mereka untuk
mentas-meninggalkan (renunciation) dan pelepasan (letting go). Apa yang saya
lakukan adalah melepas dan meninggalkan. Kita tidak perlu menjadi mahir dalam
kitab-kitab.
Hari-hari
berlalu, kita terus bertambah tua, tetapi setiap hari kita cuma berkutat dengan
khayalan — kehilangan hal yang sesungguhnya. Mempraktikkan Dhamma adalah
sesuatu yang berbeda dengan sekedar mempelajarinya.
Saya
tidak menyalahkan beragamnya bentuk dan teknik meditasi. Selama kita mengerti
makna dan tujuan yang sebenarnya,tidaklah salah. Namun menyebut diri kita
meditator
Budddhist,
tetapi tidak mengikuti kode-etik biara (vinaya),menurut pendapat saya itu
takkan berhasil. Mengapa? Karena kita melewatkan bagian vital dari Jalan ini.
Dengan mengabaikan sila, maka samadhi dan wisdom tidak akan jalan.
Beberapa
orang mungkin memberitahukan anda untuk tak terikat pada ketenangan dari
meditasi samatha: “Tak perlu samatha; langsung saja kembangkan wisdom dan
insight
dalam
vipassana.” Menurut hemat saya, kalau kita berusaha mengambil jalan pintas
langsung ke vipassana, kita akan menjumpai kesulitan menyelesaikan perjalanan
ini.
Jangan
meremehkan cara berlatih dan teknik meditasi para Guru-Guru Biara Hutan yang
terkenal, seperti Yang Mulia Ajahn Sao, Mun, Taungrut, dan Upali. Jalan yang
mereka ajarkan sungguh bisa diandalkan dan benar seluruhnya – jika kita
menjalankan
seperti
yang telah mereka lakukan. Jika kita mengikuti jejak langkah mereka, kita akan
memperoleh insight tulen dalam diri kita. — Ajahn Sao menjaga sila dengan
sempurna.
Beliau
tidak mengatakan bahwa kita dapat melewatkannya.
Jika
para master besar dari Tradisi Hutan ini telah menganjurkan latihan meditasi
dan etika biara dalam cara tertentu, kita musti mengikuti apa yang mereka
ajarkan dengan rasa hormat yang dalam. Jika mereka mengatakan untuk melakukan
itu,
maka
lakukanlah. Jika mereka mengatakan berhenti karena itu salah, maka berhentilah.
Kita melakukannya bukan hanya dengan keyakinan. Kita menjalankannya dengan
ketulusan dan tekad bulat. Kita menjalankannya hingga kita melihat Dhamma
dalam
bathin kita sendiri, hingga kita adalah Dhamma. Inilah yang diajarkan oleh para
Master Hutan. Sebagai gantinya para murid mengembangkan rasa hormat yang penuh
pengertian, kepatuhan, kasih sayang kepada mereka — karena adalah dengan
mengikuti jalan mereka, mereka bisa melihat yang telah dilihat gurunya.
Cobalah. Lakukan seperti yang saya katakan. Kalau anda sungguh-sungguh
melakukannya anda akan melihat Dhamma, menjadi Dhamma. Kalau anda sungguh
menempuh pencarian ini, apa yang bisa menghentikan anda? Kekotoran pikiran akan
hancur asal anda melakukan pendekatan dengan strategi yang benar: Jadilah orang
yang melepas (renounces), yang sedikit bicara, puas dengan kesederhanaan – jadi
orang yang melepaskan semua pandangan serta pendapat-pendapat yang sebenarnya
cuma tumbuh dari merasa-diri-penting
(self-importance)
dan kesombongan. Kemudian anda akan bisa mendengarkan siapa saja dengan sabar
kendati apa yang mereka katakan salah. Anda juga sabar saat mendengarkan orang
yang berkata benar. Cobalah jalan ini pada diri anda. Saya
jamin,
semua itu mungkin jika anda berusaha. Para cendekiawan,sayangnya, jarang
membawa Dhamma ke dalam praktik.
Ada
beberapa, tetapi cuma sedikit. Ini memalukan.
Kenyataan,
bahwasanya anda telah menempuh perjalanan sebegitu jauh untuk berkunjung kemari
— ini layak mendapat pujian.
Ini
menunjukkan keteguhan hati. – Ada beberapa Vihara yang hanya mendorong studi
[teori] saja. Para Bhikkhu belajar dan belajar, terus dan terus tanpa akhir,
dan tidak pernah berhenti padahal perlu berhenti. Mereka hanya mempelajari kata
“damai”.
Tetapi
kalau anda dapat duduk diam, anda akan menemukan nilai yang sesungguhnya.
Inilah cara anda melakukan penyelidikan. Penyelidikan ini benar-benar bernilai
dan kokoh.
Ia
langsung berkait dengan apa yang telah anda baca.
Namun
jika para cendekiawan tidak mempraktikkan meditasi, maka pengetahuannya itu
akan sedikit yang sungguh dipahaminya.
Begitu
mereka memakai ajaran ke dalam praktik, maka hal-hal yang sudah mereka pelajari
tersebut akan menjadi nyata dan jelas.
Jadi
mulailah praktik! Kembangkan pemahaman ini. Coba tinggal hutan dan menetaplah
di sebuah gubuk kecil. Mencoba latihan ini untuk beberapa waktu dan
membuktikannya sendiri akan jauh lebih bernilai daripada hanya membaca bukunya.
Kemudian
anda dapat berdiskusi dengan diri anda sendiri.
Amati
pikiran manakala ia bebas dan lepas dalam keadaan alaminya. Sewaktu ia menjadi
ber-riak dan bergelombang —dari keadaannya yang tenang [keadaan alaminya]
menjadi dalam bentuk pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep — ini merupakan
proses mulai terbentuknya sankhâra. Berhati-hatilah dan terus amati dengan
teliti proses pembentukan ini.— Begitu ia gerak dan bergeser dari keadaan alami
ini,
saat
itu praktik Dhamma tak lagi berada di jalur yang benar.
Ia
tergelincir ke dalam: entah memanjakan-diri atau menyiksa diri.
Tepat
disitulah. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya jaringan pengkondisian mental.
– Jika keadaan pikiran baik, maka akan membentuk pengkondisian yang positif.
Kalau keadaan pikiran buruk, pengkondisiannya negatif. Itulah yang terbentuk
dalam pikiran anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar