Saya
katakan kepada anda, adalah sungguh mengasyikkan untuk mengamati dengan cermat bagaimana
pikiran ini bekerja.
Saya
bahkan bisa saja menikmati membicarakan topic ini sepanjang hari penuh. Ketika
anda mengetahui bagaimana pikiran bekerja, anda akan melihat proses jalannya
pikiran dan bagaimana pikiran ini terus dibodohi oleh kekotoran bathin.— Saya
melihat pikiran ini: cuma sebagai sebuah titik. Pelbagai suasana mental yang
muncul adalah tamu-tamu yang datang mengunjungi titik ini. — Kadang-kadang tamu
datang menyapa, terkadang ia datang berkunjung. Mereka datang ke
ruang-tamu.
Latihlah pikiran untuk mengawasi dan mengetahui mereka dengan mata-kewaspadaan
yang jeli. Inilah cara anda menjaga bathin dan pikiran anda. Saat ada
pengunjung yang mendekat, anda mesti menggebahnya pergi. Jikalau anda melarang
mereka masuk, dimana mereka bisa duduk? Hanya ada satu tempat duduk, dan anda
sedang mendudukinya.
Habiskan
waktu sepanjang hari pada satu titik itu.
Inilah
ke-awas-an (awareness) Sang Buddha yang kokoh tak tergoyahkan; yang selalu
memantau dan melindungi pikiran.
Anda
duduk tepat di sini. [Bahkan sebenarnya] sejak momen terbentuknya janin anda di
kandungan, setiap pengunjung yang pernah menyapa telah tiba di sini.
Seberapapun sering mereka datang, mereka selalu datang pada titik yang sama
ini, tepat di-sini. Mengenali mereka semua, ke-awas-an Sang Buddha duduk
sendiri, mantap dan kokoh. – Segala macam pengunjung itu berkelana ke sini
berusaha buat mempengaruhi,untuk meng-kondisikan dan menggoyah pikiran anda
dengan beragam cara. Ketika mereka berhasil memikat pikiran kita hingga
terperosok ke dalam topik-cerita (issues) mereka,maka bentuk-bentuk mental pun
muncul. — Jadi, apapun yang ditawarkannya, seberapa menariknya pun, arah
ceritanya mau kemanapun, pokoknya: lupakan saja — tidak apa-apa.
Sekedar
langsung ketahuilah siapa pengunjung yang baru tiba.
Begitu
mereka mampir, mereka bakal mendapati hanya ada satu kursi, dan selama anda
mendudukinya, tidak ada tempat untuk mereka singgah. — Dalam kedatangannya
mereka bermaksud untuk mengisi telinga anda dengan gossip, tetapi kali ini
tidak ada ruang tempat mereka duduk. Di kedatangan yang berikutnya pun juga
tidak ada kursi kosong. Tak peduli berapa kali tamu-tamu cerewet ini
menunjukkan diri, mereka selalu bertemu dengan orang yang sama sedang duduk
pada tempat yang sama.Anda tidak bergeser dari tempat duduk itu.
Coba
anda pikir, berapa lama mereka akan bisa tahan pada situasi seperti itu? Anda
dapat mengenal mereka dengan teliti sekedar dari perbincangannya. Setiap orang
atau apapun yang pernah anda kenal sejak anda mulai mengalami dunia ini, bakal
datang
berkunjung. Dengan mengamati dan menjadi sadar tepat di-sini ini cukup untuk
melihat seluruh Dhamma secara utuh. Anda berdiskusi, mengamati dan merenungi
sendiri.Inilah cara bertanya jawab tentang Dhamma. Saya tidak tahu cara
mengatakan hal yang lain. Saya bisa ngomong terus dengan gaya seperti ini,
tetapi pada akhirnya bukanlah apa-apa selain berbicara dan mendengarkan. Saya
menganjurkan anda untuk melangkah langsung dan melakukan praktik.
Setelah
melihat diri anda sendiri, anda akan menghadapi pengalaman-pangalaman tertentu.
Ini adalah Jalan yang menuntun anda serta menunjukkan arahnya. Dengan anda
jalan terus, situasi berubah dan anda harus menyesuaikan cara anda dalam
meredakan persoalan-persoalan yang timbul. Ini bisa cukup lama sebelum anda melihat
petunjuk yang jelas.
Kalau
anda akan berjalan di Jalan yang sama seperti yang saya tempuh, yang pasti
perjalanannya harus bertempat di dalam bathin anda sendiri. Jika tidak, anda
akan mengalami banyak hambatan. Seperti halnya mendengarkan suara. Mendengarkan
adalah suatu hal dan suara adalah hal yang lain, dan kita dengan sadar
menyadari keduanya tanpa mencampur aduknya. Kita serahkan kepada alam yang
menyediakan bahan mentah bagi pencarian kita dalam penyelidikan akan Kebenaran.
Akhirnya nanti pikiran ini bisa memilah-milah dan membagi-bagi setiap fenomena
dengan sendirinya. Sederhananya: pikiran ini tidak ikut terlibat. Saat telinga
mendengarkan suara, amati apa yang terjadi pada bathin dan pikiran. Apakah
mereka terikat, terperangkap,dan terseret olehnya? Apakah mereka jadi jengkel?
Setidaknya anda mengetahui ini. — Ketika bunyi terdengar,ia tidak mengganggu
pikiran. Di sini kita lebih mengamati hal yang dekat daripada yang jauh-jauh.
Walaupun kita ingin lari
dari
suara, tidak ada tempat untuk menghindar. Satu-satunya cara membebaskan diri
yang mungkin adalah dengan melatih pikiran ini untuk tidak terbawa oleh alunan
suara. Letakkan suara. Suara yang kita biarkan berlalu masih dapat
didengar.Kita mendengar tetapi memperbolehkannya pergi, karena kita telah
meletakkannya. Bukan berarti kita harus paksa memisahkan antara pendengaran dan
suara. Ia akan berpisah dengan sendirinya oleh peletakan dan pelepasan. Bahkan,
suatu saat nanti kendati kita ingin melekat pada suara itu, pikiran tidak mau
melekat. Karena saat itu kita telah memahami kebenaran, hakekat-sejati (true
nature) dari pemandangan, suara,bebauan, rasa kecapan, semuanya — dan bathin
ini melihat dengan pengetahuan (insight) yang jernih bahwa apapun yang
diinderai tanpa kecuali masuk ke dalam kawasan sifat-sifat universal:
ketidak-kekalan, tiada memuaskan, dan tanpa-diri. Kapanpun kita mendengar,
suara dimengerti dalam bagian sifat-sifat yang universal itu.
Saat
ada kontak dengan telinga, kita mendengar tetapi seolah-olah kita tidak
mendengar. Ini bukan berarti pikiran ini tidak lagi berfungsi. Kesadaran
penuh(mindfulness) berhubungan dan bersama-sama dengan pikiran saling memantau
satu sama lain tiap saat tanpa henti. Ketika pikiran telah terlatih sampai
tingkatan ini, anda memilih berjalan di jalan apapun, anda akan tetap melakukan
penelitian.Kita menumbuhkan analisis terhadap fenomena, merupakan suatu faktor
yang esential bagi pencerahan — dan analisis ini akan terus berputar dengan
momentumnya sendiri.
Berdiskusilah
Dhamma dengan diri anda sendiri. Ungkaplah dan lepaskan perasaan, ingatan,
persepsi, pemikiran,kehendak, dan kesadaran. Takkan ada yang dapat menyentuh
mereka selama mereka menjalankan fungsinya masing-masing.
Bagi
orang yang telah menguasai pikirannya, keberlangsungan bercermin ke dalam
(reflection) dan penyelidikan ini akan mengalir dengan sendirinya. Tidak perlu
mengarahkannya lagi. Kemanapun pikiran ini mengarah, kontemplasi langsung jalan
menyesuaikan.
Bila
praktik Dhamma mencapai tahap ini, terdapat keuntungan lain yang menarik, yakni
kala tidur: yang mendengkur,mengingau dalam tidur, gertakan gigi (kerot), dan
berguling-guling ke sana kemari – semuanya berhenti. Bahkan meski kita nyenyak
tidur, namun begitu kita bangun, kita tidak ngantuk lagi. Kita bakal segar
bersemangat seolah telah terjaga sepanjang masa. — Dulu saya suka ngorok,
tetapi begitu pikiran sadar setiap waktu, dengkuran pun berhenti. Bagaimana
seseorang bisa mendengkur saat ia terjaga?
Hanya
tubuh saja yang berhenti dan beristirahat. Pikiran ini terjaga lebar-lebar, sepanjang
siang dan malam, setiap waktu. — Ini adalah kemurnian kesadaran Buddha yang
bangkit: Ia Yang Mengetahui (the One Who Knows), Yang Bangun Terjaga (the
Awakened One), Yang Bergembira (the Joyous One), dan Yang Terang-Benderang (the
Brilliantly Radiant One). Kesadaran (awareness) yang jernih ini tidak pernah
tidur. Tenaganya lestari dengan sendirinya, dan kesadaran ini tak pernah lesu
ataupun ngantuk.
Pada
tahap ini kita mampu berjalan dua atau tiga hari tanpa istirahat. Ketika tubuh
menunjukkan tanda-tanda kelelahan, kita duduk bermeditasi dan serta merta
memasuki samadhi mendalam untuk lima atau sepuluh menit. Keluar dari keadaan
itu, kita merasa segar dan bersemangat seolah kita habis tidur sepanjang malam.
Apabila kita sudah melampaui kerisauan akan tubuh ini, tidur tidaklah begitu
penting. Kita rawat tubuh ini selayaknya, tetapi tak terlalu mengkhawatirkan
kondisi fisik kita. Biarkan ia mengikuti hukum alami-nya. Kita tak perlu
memberitahu tubuh ini apa yang harus dilakukan. Ia tahu dengan sendirinya.
Seperti diri kita yang dijaga seseorang,ia menyuruh kita untuk berjuang dengan
usaha kita sendiri.
Walaupun
kita merasa malas, terdapat suara dari dalam yang terus membangkitkan ketekunan
kita. Mandeg pada titik ini adalah mustahil, karena daya-upaya telah berpadu
melaju dalam momentum yang tak terbendung lagi. Saksikanlah sendiri.— Anda
sudah belajar dan studi [teori] cukup lama. Sekarang saatnya anda studi dan
mempelajari: diri anda sendiri.
Pada
tahap awal praktik, pengasingan diri sangatlah perlu.
Ketika
anda tinggal sendiri dalam isolasi, anda akan ingat kata-kata dari Yang Mulia
Sariputta: “Pengasingan fisik merupakan sebab dan kondisi yang menimbulkan
pengasingan mental, tahap samadhi yang mendalam bebas dari kontak indria
eksternal.
Pengasingan
pikiran ini menjadi sebab dan kondisi untuk pengasingan dari kekotoran bathin,
yakni: pencerahan.”— Tetapi masih ada juga orang yang mengatakan bahwa
pengasingan tidak penting; mereka bilang: “ Bila bathin damai,
tak
masalah di manapun anda berada.” Ya memang ini benar,tetapi pada tahap awal
kita musti ingat bahwa pertama-tama diperlukan pengasingan fisik di tempat yang
sesuai.
Sekarang
juga, segera: carilah tanah pekuburan di hutan terpencil yang jauh dari
pemukiman. Berlatihlah hidup dalam kesendirian.
Atau
temukan puncak gunung yang menyeramkan. Hiduplah sendiri, OK? Anda bakal
menjumpai banyak keasyikan di sepanjang malam J. Dengan begitu anda akan
mengetahui sendiri. — Walau saya pun pernah pula mengira bahwa pengasingan
fisik tidak begitu perlu. Itulah pikiran saya, tetapi saat saya berada di sana
dan melakukannya, saya merenungkan ajaran Sang Buddha. Yang Terberkahi
menganjurkan muridnya-muridnya untuk berlatih di tempat terpencil yang jauh
dari masyarakat. Pada mulanya ini akan membangun dasar untuk pengasingan
internal pikiran yang kemudian mendukung pengasingan yang tak-tergoyahkan dari
kekotoran bathin.Sebagai contoh, katakanlah anda adalah seorang umat awam
dengan sebuah rumah beserta keluarga. Pengasingan apa yang bisa anda peroleh? Tiap
kembali ke rumah, seketika anda melangkah masuk di depan pintu anda tertubruk
dengan kerumitan dan kekacauan. Tidak ada pengasingan diri. — Maka
menyelinaplah, pergi retret di lingkungan terpencil dengan suasana yang
benar-benar berbeda. Adalah penting untuk memahami perlunya isolasi diri atau
menyendiri pada tahap awal dari praktik. Anda lalu mencari guru meditasi untuk
pengarahan. Dia akan mengarahkan, menasehati dan menunjukkan di mana pemahaman
anda yang salah – karena justru disinilah persisnya tempat dimana anda
menyangka bahwa anda benar. – Begitu disana anda salah, anda [malah] yakin anda
benar (!). Tatakala guru ini menjelaskan, anda baru tahu apa yang salah, dan
tepat dimana sang guru menunjuk bahwa anda salah adalah: persisnya tempat
dimana anda mengira bahwa anda benar.
Dari
apa yang sudah saya dengar, terdapat beberapa Bhikkhu cendekiawan yang
menyelidiki dan meriset sejalan kaitannya dengan naskah-naskah suci. Memang
tidak alas an mengapa kita tidak ber-eksperimen. Ketika saatnya untuk membuka
buku-buku dan studi, kita mempelajarinya dengan cara itu. Tetapi ketika
waktunya untuk mengangkat senjata dan mengadakan pertempuran, kita musti
bertarung dalam cara yang barangkali tidak cocok dengan teori.
Kalau
seorang prajurit memasuki medan perang dan bertarung cuma menuruti apa yang
dibacanya, dia takkan bisa menandingi lawannya.
Ketika
seorang prajurit sungguh-sungguh dalam pertarungan nyata, dia harus berperang
dalam gaya yang melampaui teori.
Inilah
caranya. Kata-kata Sang Buddha dalam naskah-naskah suci hanyalah pemandu dan
contoh-contoh untuk diikuti, dan [sekedar] membacanya saja kadang-kadang bisa
membawa ke keliruan.
Jalan
para guru hutan (the Forest Masters) adalah jalan pelepasan. Yang ada pada
jalan ini hanyalah penyerahan. Kita mencerabut pandangan-pandangan yang
sebenarnya cuma tumbuh dari sifat merasa-diri-ini-penting. Kita mencerabut
rasa-diri yang sangat mendasar, yang paling esensial. Saya jamin, latihan ini
akan menguji anda hingga ke-tulang-sumsum,namun tak peduli betapa sulitnya, jangan
meninggalkan guru hutan dan ajarannya. Tanpa panduan yang benar, pikiran dan
samadhi sangat berkemungkinan untuk sesat. Hal-hal yang kelihatannya mustahil,
mulai terjadi. Saya selalu menghadapi fenomena semacam itu dengan hati-hati. —
Sewaktu saya seorang Bhikkhu muda, waktu
itu baru saja mulai berlatih pada tahun-tahun pertama, saya belum dapat
mempercayai pikiran saya. Namun demikian, sesudah saya memperoleh pengalaman
yang cukup berarti dan bisa sepenuhnya mempercayai mekanisme-kerja pikiran, tiada
lagi yang bisa menjadi masalah.
Kendatipun
terjadi fenomena yang ganjil, saya hanya meniggalkannya begitu saja. Bila kita
telah memahami cara kerja hal-hal ini, mereka akan berakhir dengan sendirinya.
Semuanya ini merupakan bahan bakar bagi kebijaksanaan. Dengan berjalannya waktu
kita akan merasa sepenuhnya santai.
Dalam
meditasi, hal-hal yang biasanya tidak salah dapat menjadi salah. Sebagai
contoh, kita duduk bersila dengan bertekad-bulat: “Baik! Tidak akan ada gerakan
apapun saat ini.
Saya
akan memusatkan pikiran. Lihat saja.” Cara seperti ini tidak akan jalan! Setiap
kali mencoba seperti itu meditasi saya tidak berkembang. Tetapi kita sering
gemar gairah-kepahlawanan J. — Menurut pengamatan saya, meditasi itu akan
berkembang dengan lajunya sendiri. Dulu, sering sore-sore saya duduk
bermeditasi, dengan pikiran: “ Baiklah! Malam ini saya tidak akan bergerak dari
titik ini sampai jam satu dini hari.” Bahkan sebenarnya dengan pikiran ini saja
saya telah membuat beberapa karma buruk, karena belum lama setelah itu seluruh
badan saya diserang rasa sakit, membanjiri saya hingga rasanya mau mati.
Bagaimanapun, meditasi yang berjalan dengan baik adalah saat kita tidak
menentukan batasan lamanya kita duduk.Saya tidak menetapkan sasaran di jam
07:00, 08:00, 09:00, atau apapun; tetapi sekedar duduklah, lanjutkan dengan
mantap,biarkanlah berlalu dengan tenang-seimbang. Jangan memburu meditasi,
jangan menafsir-nafsirkan apa yang sedang terjadi.
Jangan
mendesak bathin anda dengan tuntutan yang tidak realistik agar ia memasuki
keadaan samadhi — atau apapun, yang akan membuat anda malah gelisah dan tidak
karuan dibanding biasanya. — Sekedar biarkanlah bathin dan pikiran ini untuk
rileks, nyaman, dan santai...Biarkan nafas mengalir dengan mudah pada irama
yang benar, tak terlalu pendek atau terlalu panjang.
Jangan
membuatnya tidak seperti biasanya. Biarkan tubuh ini rileks,nyaman dan santai.
Terus lakukan saja. Pikiran anda akan bertanya:
“Berapa
lama kita akan bermeditasi malam ini? Kapan berhentinya?” ini ocehan yang tiada
henti-hentinya, jadi anda harus menyerukan teguran, “Hey dengar Bung,
tinggalkan saja saya sendiri.” Penanya yang sibuk ini perlu rutin
diredakan,karena ia tak lain sekedar kekotoran bathin yang datang buat
mengganggu anda. Jangan beri perhatian apapun juga. Anda harus tega dengannya.
— “Apakah saya berhenti agak dini atau sampai larut malam, itu bukan urusanmu!
Jika saya ingin duduk sepanjang malam, ini tidak ada hubungannya dengan
siapapun. Jadi ngapain kamu nongol-nongol, unjuk hidung dalam meditasi saya?”
Anda musti singkirkan, potong si ceriwis
itu.
Berikutnya anda boleh melanjutkan meditasi selama anda suka, sesuai dengan apa
yang dirasa baik.
Saat
anda membiarkan pikiran santai dan ringan, ia menjadi damai. Dengan pengalaman
ini, anda akan mengenali dan baru tahu betapa kuatnya keterikatan. Ketika anda
bisa terus duduk dan terus, untuk waktu yang lama, melewati tengah malam dengan
nyaman dan rileks, anda akan tahu bahwa anda memasuki meditasi. Anda akan
mengerti bagaimana kemelekatan dan keterikatan sungguh begitu mengotori
pikiran.
Ketika
orang-orang duduk untuk meditasi, mereka menyalakan dupa didepan mereka dan
berjanji, “Saya tidak akan berdiri sebelum sebatang dupa ini terbakar habis.”
Kemudian mereka duduk… Rasanya sudah satu jam, mereka membuka mata
dan
menyadari bahwa hanya lima menit berlalu. Mereka terpaku pada dupa ini, kecewa
pada panjang dupa yang masih ada. Mereka menutup mata lagi dan melanjutkan.
Segera membuka mata lagi buat memeriksa batang dupa. Orang itu tidak memperoleh
apa-apa dalam meditasinya. Jangan melakukan seperti itu, hanya duduk dan
membayangkan dupanya,“ Saya tak yakin apakah dupanya telah habis terbakar,”
meditasinya tidak berkembang. Jangan mementingkan hal semacam itu. Pikiran ini
tidak membutuhkan sesuatu yang spesial.
Apabila
kita sudah memutuskan untuk mengembangkan pikiran dalam meditasi, jangan
ijinkan si kotoran tanha mengetahui rahasia aturan-main dan sasaran anda. — “
Ehh, bagaimana anda akan bermeditasi, Yang Mulia?”, ia mencari tahu. “ Berapa
lama anda akan melakukannya?” Tanha terus mengganggu dengan pertanyaannya
hingga kita menyetujuinya. Begitu kita mengumumkan untuk duduk hingga tengah
malam, ia serta merta mengusik kita. Belum satu jam berlalu kita sudah merasa
lelah dan tidak sabar sehingga tidak dapat meneruskan meditasi. Kemudian
gangguan yang lebih banyakpun menyerang saat kita menyalahkan diri sendiri,”
Dasar payah! Hayo, apa duduk bisa membunuhmu?! Kamu bilang mau membuat pikiran
ini tak tergoyahkan dalam samadhi, tetapi ternyata tak bisa diandalkan dan
berantakan. Kamu membuat janji tapi tidak menepatinya.” Pemikiran-pemikiran
merendahkan diri sendiri dan kesal menyerang kita, dan kita lalu tenggelam
dalam rasa benci-diri.
Tidak ada orang lain yang bisa disalahkan atau
dijadikan sasaran kemarahan, dan itu membuat semuanya bertambah susah. Sekali
kita berjanji kita mesti menepatinya. Kita akan memenuhinya atau mati di jalan.
Kalau kita berjanji untuk duduk dalam waktu tertentu, kita harus memenuhinya
dan tidak berhenti. — Sementara itu, bagaimanapun juga, sekedar praktik dan
berkembanglah secara berangsur.
Tidak
perlu membuat ikrar yang dramatis. Berusahalah mengalir terus dan keberlanjutan
dalam melatih pikiran. Terkadang, meditasi akan tenteram-damai, dan segala
rasa-pedih dan ketidaknyamanan dalam tubuh ini akan lenyap. Sakit pada
pergelangan kaki dan lutut akan berakhir dengan sendirinya.
Saat
kita mencoba sendiri menumbuhkan meditasi, jika bayangan aneh,
penampakan-penampakan atau pencerapan indera mulai muncul, hal pertama yang
dilakukan adalah memeriksa keadaan pikiran kita. Jangan lupakan prinsip dasar
ini.
Pikiran
harus relatif tenang terhadap bayangan-bayangan yang muncul ini. Jangan rindu
menanti kemunculannya, ataupun terikat untuk menolak kemunculannya. Selidiki
jika mereka muncul, tetapi jangan terkecoh olehnya. Ingat saja bahwa mereka
bukanlah kita. Mereka tidaklah kekal, tidak dapat memuaskan dan tanpa diri
seperti halnya segala yang ada. Walau misal mereka nyata, jangan memikirkan dan
memberikan perhatian kepadanya. Jika mereka dengan bersikeras menolak untuk
pergi, pusatkan kembali kesadaran anda pada nafas anda dengan sepenuh tenaga.
Ambillah
sekurangnya tiga tarikan nafas yang panjang, nafas yang panjang dan hembuskan
perlahan setiap kalinya. Kiat ini akan manjur. Selalu pusatkan kembali perhatian.
Jangan pernah mendambakan fenomena semacam itu. Mereka tidak lebih dari apa
sebenarnya mereka, dan apa sebenarnya mereka adalah potensial untuk mengecoh.
Apakah kita menyukai dan jatuh cinta dengannya, atau pikiran jadi dirasuki
ketakutan. Mereka tidak dapat diandalkan: kemungkinan mereka tidak-tulen, atau
bisa juga seperti tulen. Jika anda mengalaminya, jangan meng-interpretasi-kan
artinya atau memberikan suatu makna padanya. Ingatlah bahwa mereka bukan milik
kita, jadi jangan mengejar penampakan atau sensasi-sensasi
itu.
Sebaliknya, segera kembali dan check keadaan pikiran saat ini. Inilah prinsip
dasarnya. Jika kita mengabaikan prinsip dasar ini dan tenggelam mempercayai apa
yang kita lihat, kita akan lupa-diri dan mulai bingung atau bahkan jadi gila.
Kita bisa kehilangan pijakan hingga tak dapat lagi berhubungan dengan orang
lain seperti normal-nya. Tempatkan keyakinan ke-dalam hati anda sendiri. Apapun
yang terjadi, terus saja amati bathin dan pikiran ini. Pengalaman meditasi yang
aneh dapat bermanfaat bagi seseorang yang mempunyai wisdom,tetapi bisa
berbahaya bagi yang tanpa kebijaksanaan. Apapun yang ada dalam pikiran, jangan
menjadi senang atau was-was.Jika pengalaman-pengalaman terjadi, terjadilah…
Satu
cara lain untuk mengembangkan latihan Dhamma adalah dengan kontemplasi dan
memeriksa segala apa yang kita lihat, lakukan dan mengalaminya. JANGAN pernah
meninggalkan meditasi.
Ada
beberapa orang yang ketika telah selesai melakukan meditasi duduk atau jalan,
mereka pikir itu saatnya untuk berhenti dan istirahat. Mereka berhenti
sepenuhnya.Jangan berlatih seperti itu. Apapun yang anda lihat, selidiki apa ia
sebenarnya. Renungkan tentang orang-orang yang baik di dunia ini. Renungi juga
yang buruk. LIHAT-lah dengan tajam pada yang kaya dan berkuasa; yang lemah dan
yang miskin. Saat anda melihat anak kecil, orang tua, seorang lakilaki atau
perempuan — selidikilah makna usia. Segala sesuatu merupakan bahan bakar untuk
penyelidikan. Inilah cara anda melatih-dan-mengembangkan (cultivate) pikiran.
Kontemplasi
yang menuntun ke dalam Dhamma adalah kontemplasi akan kondisi, berlangsungnya
sebab akibat, dalam semua manifetasinya yang beragam: besar dan kecil, hitam
dan putih, baik dan buruk. Singkatnya, segala sesuatu. — Saat anda berpikir,
kenalilah ia sebagai sebuah pemikiran, renungi bahwa ia ya cuma sekedar itu,
tidak lebih. — Semua hal tersebut berakhir di dalam kuburan ketak permanenan,
tiada yang dapat memuaskan, dan tanpa diri. Jadi janganlah kecanduan untuk
melekat padanya. Ini merupakan tanah pekuburan bagi segala fenomena. Kubur,
bakarlah mereka guna memperoleh pengalaman akan Kebenaran.
Mempunyai
pandangan-terang dalam ketidakkekalan berarti tidak membiarkan diri kita
memderita. Ini merupakan penyelidikan dengan kebijaksanaan. Contohnya, saat
memperoleh sesuatu yang kita anggap baik atau menyenangkan, kita merasa
bahagia.
Coba
lihatlah baik-baik kebahagiaan dan kesenangan ini dengan dekat dan
terus-menerus.Setelah beberapa waktu lamanya kita akan mulai ‘kenyang’, lalu
bosan dengannya. Kita ingin menyingkirkan atau ingin menjualnya.
Apabila
tak seorangpun yang mau membeli, kitapun siap untuk membuangnya. Mengapa? Ada
apa di balik hal tersebut?
Segala
sesuatu tidak-kekal, tidak-tetap dan berubah, inilah sebabnya. Jika kita tidak
dapat menjual atau membuangnya, kita mulai menderita. Seluruh persoalan adalah
seperti itu, dan begitu suatu peristiwa bisa dipahami sepenuhnya — tidak peduli
berapapun banyaknya keadaan semacam ini timbul — semuanya dipahami dengan sama.
Ya sekedar demikianlah hakekat ber-ada-nya segala sesuatu. Seperti pernyataan,”
Jika anda sudah melihat satu, anda melihat semuanya.”
Terkadang
kita melihat sesuatu yang tak kita sukai. Waktu itu kita mendengar suara yang
mengganggu dan tidak menyenangkan kita menjadi jengkel. Periksa dan ingatlah
itu. Karena suatu saat di masa akan datang kita mungkin akan menyukai suara
itu. Kita dapat saja benar-benar menikmati hal yang sama yang justru dulu
pernah kita benci. Itu mungkin! Kemudian akan hadir pada kita kejernihan dan
pandangan-terang,“ Aha! Segala hal adalah tidak kekal, tidak dapat benar-benar
memuaskan, dan tanpa diri.” Cemplungkan mereka ke kuburan misal karakteristik
yang universal: anicca, dukkha, anatta.
Maka
kemelekatan pada benda-benda kesukaan yang kita peroleh, miliki dan yang ada,
bakal reda. Kita sampai pada pemahaman, menyaksikan bahwa segala sesuatu itu
hakikatnya sama.
Sehingga
segala yang kita alami akan membangkitkan insight dalam Dhamma.
Semua
yang sudah saya katakan sejauh ini sekedar untuk anda dengar dan untuk anda
pikirkan. Ini cuma omongan, hanya itu.
Saat
orang datang pada saya, saya berbicara. Topik macam ini bukanlah sesuatu yang
mengharuskan kita untuk duduk berbincang berjam-jam. Just do it. Masuk ke
dalamnya dan lakukan saja.
Ini
seperti saat kita mengajak seorang teman ke suatu tempat.
Kita
mengundangnya. Kita mendapat jawaban. Kita lalu pergi tanpa banyak ribut. Kita
mengatakan secukupnya kemudian meninggalkannya begitu saja. Saya dapat
memberitahukan anda satu atau dua hal mengenai meditasi, karena saya pernah
melakukan pekerjaan itu. Tetapi anda tahu, mungkin saja saya salah. Tugas anda
adalah menyelidiki dan menemukan untuk diri anda sendiri apakah yang saya
katakan benar.
Sabbe
satta bhavantu sukhitatta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar