Minggu, 17 Juni 2012

Heart and Mind [ Hati dan Pikiran ]



30
Only one book is worth reading: the heart.

Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.


31
The Buddha taught us that whatever makes the mind distressed in our practice hits home. Defilements are distressed. It’s not that the mind is distressed! We don’t know what our minds and defilements are. Whatever we aren’t satisfied with, we just don’t want anything to do with it. Our way of life is not difficult. What’s difficult is not being satisfied, not agreeing with it. Our defilements are the difficulty.

Buddha mengajarkan kita bahwa apapun yang membuat pikiran kita menderita di dalam
latihan artinya mengenai sasaran. Kekotoran batin adalah penderitaan. Bukan pikiran
yang menderita! Kita tidak tahu apa isi pikiran dan kekotoran batin kita. Terhadap
apapun yang kita rasa tidak puas, kita tidak akan mau berurusan lagi dengan hal itu.
Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah sulit. Yang sulit adalah menjadi orang yang tidak
puas, tidak bisa menerima. Kekotoran batin adalah kesulitan yang sebenarnya.


32
The world is in a very feverish state. The mind changes from like to dislike with the feverishness of the world. If we can learn to make the mind still, it will be the greatest help to the world.

Dunia berada dalam bagian yang sangat tergesa-gesa. Pikiran berubah dari suka
menjadi tidak suka dengan segala tergesa-gesaan yang ada di dunia. Jika kita bisa
belajar untuk membuat pikiran tenang, itu akan menjadi bantuan yang sangat hebat bagi dunia.

33
If your mind is happy, then you are happy anywhere you go. When wisdom awakens within you, you will see Truth wherever you look. Truth us all there is. It’s like when you’ve learned how to read - you can then read anywhere you go.

Bila pikiran Anda senang, maka Anda pun akan senang kemana pun Anda pergi. Ketika
kebijaksanaan muncul dalam diri Anda, Anda akan menemukan kebenaran kemana pun
Anda melihat. Kebenaran itu ada dimana-mana. Sama halnya bila Anda telah belajar
membaca, Anda dapat membaca dimana saja


34
If you’re allergic to one place, you’ll be allergic to every place. But it’s not the place outside you that’s causing you trouble. It’s the "place" inside you.

Jika Anda merasa alergi pada ke suatu tempat, Anda akan merasa alergi di semua
tempat. Namun bukan tempat di luar Anda yang menyebabkan masalah, melainkan
“tempat” di dalam Anda.


35
Look at you own mind. The one who carries things thinks he’s got things, but the one who looks on only sees the heaviness. Throw away things, lose them, and find lightness.

Lihatlah pikiran Anda sendiri. Orang yang membawa benda mengira dia mempunyai
benda, tetapi orang yang melihatnya hanya melihat beban berat. Buanglah seluruh
benda, hilangkan, dan temukan keringanan.


36
The mind is intrinsically tranquil. Out of this tranquility, anxiety and confusion are born. If one sees and knows this confusion, then the mind is tranquil once more.

Pada hakikatnya, pikiran itu tenang. Di luar ketenangan ini, kegelisahan dan keraguan
muncul. Jika seseorang melihat dan mengetahui adanya keraguan, maka pikiran
menjadi tenang lagi.


37
Buddhism is a religion of the heart. Only this. One who practices to develop the heart is one who practices Buddhism.

Agama Buddha adalah agama hati. Hanya itu. Seseorang yang melatih hatinya adalah
orang yang melatih ajaran Buddha.


38
When the light is dim, it isn’t easy to see the old spider webs in the corners of the room. But when the light is bright, you can see them clearly and then be able to take them down. When your mind is bright, you’ll be able to see your defilements clearly, too, and clean them away.

Ketika cahaya redup, tidaklah mudah untuk menemukan jaring laba-laba tua di sudut
ruangan. Tetapi ketika cahaya terang, Anda dapat melihatnya dengan jelas dan dapat
membersihkannya. Ketika pikiran Anda terang, Anda akan dapat melihat kekotoran
batin dengan jelas, dan juga membersihkannya.


39
Strengthening the mind is not done by making it move around as is done to strengthen the body, but by bringing the mind to a halt, bringing it to rest.

Menguatkan pikiran tidak dapat dilakukan dengan mengerakkannya seperti menguatkan
tubuh, tetapi dengan membuatnya diam, beristirahat.


40
Because people don’t see themselves, they can commit all sorts of bad deeds. They don’t look at their own minds. When people are going to do something bad, they have to look around first to see if anyone is looking: "Will my mother see me?" "Will my husband see me?" "Will my children see me?" "Will my wife see me?" If there’s no one watching, then they go right ahead and do it. This is insulting themselves. They say no one is watching, so they quickly finish their bad deed before anyone will see. And what about themselves? Aren’t they a "somebody" watching?

Karena orang tidak melihat dirinya sendiri, mereka bisa melakukan segala jenis
perbuatan buruk. Mereka tidak melihat pikirannya sendiri. Ketika orang akan
melakukan perbuatan buruk, mereka akan memastikan ke sekeliling dahulu untuk
melihat apakah ada orang lain yang melihat: “Apakah ibu saya akan melihat?” “Apakah
suami saya akan melihat?” “Apakah anak-anak akan melihat?” “Apakah istri saya akan
melihat?” Bila tidak ada yang melihat, maka mereka akan melakukan perbuatan
buruknya. Ini namanya mempermalukan diri sendiri. Mereka mengatakan tidak ada
yang melihat, jadi mereka segera menyelesaikan perbuatan buruknya sebelum orang
lain melihat. Dan bagaimana dengan dirinya sendiri?
Bukankah ada “seseorang” yang memperhatikan?


41
Use your heart to listen to the Teachings, not your ears.

Gunakan hatimu untuk mendengarkan ajaran, bukan telingamu.


42
There are those who do battle with their defilements and conquer them. This is called fighting inwardly. Those who fight outwardly take hold of bombs and guns to throw and to shoot. They conquer and are conquered. Conquering others is the way of the world. In the practice of Dhamma we don’t have to fight others, but instead conquer your own minds,
patiently resisting all our moods.

Ada orang yang melakukan perang terhadap kekotoran batinnya sendiri dan
menaklukkannya. Ini namanya perang batin. Mereka yang berperang secara fisik,
mengambil bom dan pistol untuk dilempar dan ditembak. Mereka menaklukkan dan
ditaklukkan. Menaklukkan orang lain adalah jalan dunia ini. Dalam melaksanakan
Dhamma kita tidak perlu berperang dengan orang lain, melainkan menaklukkan pikiran
sendiri, dengan sabar menyingkirkan semua suasana hati.


43
Where does rain come from? It comes from all the dirty water that evaporates from the earth, like urine and the water you throw out after washing your feet. Isn’t it wonderful how the sky can take that dirty water and change it into pure, clean water? Your mind can do the same with your defilements if you let it.

Dari mana hujan datang? Hujan datang dari semua air kotor yang menguap dari bumi,
seperti air seni dan air yang Anda buang setelah membersihkan kaki. Bukankah
mengagumkan, bagaimana langit dapat mengambil air kotor dan mengubahnya menjadi
air murni, air bersih? Pikiran Anda dapat melakukan hal yang sama terhadap kekotoran
batin bila Anda membiarkannya bertindak.


44
The Buddha said to judge only yourself, and not to judge others, no matter how good or evil they may be. The Buddha merely points out the way, saying, "The truth is like this."
Now, is our mind like that or not?

Sang Buddha berkata untuk hanya menilai diri sendiri dan tidak menilai orang lain,
tidak peduli seberapa pun baik atau buruknya orang tersebut. Sang Buddha
menunjukkan hal ini dengan berkata, “Kebenaran adalah seperti ini.” Sekarang, apakah
pikiranmu seperti itu atau tidak?











Tidak ada komentar:

Posting Komentar