Selasa, 05 Juni 2012

Understanding and Wisdom [ Pengertian dan Kebijaksanaan ]n






136
No one and nothing can free you but your own understanding.

Tidak ada seseorang dan sesuatu yang dapat membebaskan Anda selain pemahaman
diri Anda sendiri.

137
A madman and an arahant both smile, but the arahant knows why while the madman doesn’t.

Seorang yang gila dan seorang Arahat, keduanya tersenyum. Tetapi Arahat mengetahui
mengapa tersenyum sedangkan orang gila tidak.

138
A clever person watches others, but he watches with wisdom, not with ignorance. If one watches with wisdom, once can learn much. But if one watches with ignorance, one can only find faults.

Seorang yang pintar melihat yang lainnya, tetapi dia melihat dengan kebijaksanaan,
tidak dengan kebodohan. Bila seseorang melihat dengan kebijaksanaan, orang itu akan
banyak belajar. Tetapi seseorang yang melihat dengan kebodohan hanya akan
menemukan kesalahan.

139
The real problem with people nowadays is that they know but still don’t do. It’s another matter if they don’t do because they don’t know, but if they already know and still don’t do, then what’s the problem?

Masalah sebenarnya pada manusia saat ini adalah mereka mengetahui tetapi tetap tidak
melaksanakan. Masalahnya lain bila mereka tidak melaksanakan karena mereka tidak
tahu. Tetapi bila mereka telah mengetahui dan tetap tidak melaksanakan; apa
masalahnya?

140
Outward scriptural study is not important. Of course, the Dhamma books are correct, but they are not right. They cannot give you right understanding. To see the word "anger" in print is not the same as experiencing anger. Only experiencing for yourself can give you true faith.

Pemahaman kitab suci dari kulitnya tidak penting. Tentu saja buku Dhamma adalah
benar namun tidak betul. Buku Dhamma tidak dapat memberikan Anda pengertian yang
tepat. Untuk melihat kata “amarah” yang tercetak tidak sama dengan merasakan
kemarahan. Hanya merasakan dengan diri Anda sendiri dapat memberi Anda keyakinan
sebenarnya.

141
If you see things with real insight, then there is no stickiness in your relationship to them. They come - pleasant and unpleasant - you see them and there is no attachment. They come and they pass. Even if the worse kinds of defilements come up, such as greed and anger, there’s enough wisdom to see their impermanent nature and allow them to just fade away. If you react to them, however, by liking or disliking, that isn’t wisdom. You’re only creating more suffering for yourself.

Bila Anda melihat hal-hal dengan pengertian benar maka tiada kemelekatan dalam
hubungan hal-hal tersebut. Mereka datang --senang dan tidak senang– Anda melihatnya
dan tanpa kemelekatan. Mereka datang dan pergi. Walau bila kekotoran batin yang
terburuk muncul, seperti keserakahan dan kemarahan, ada cukup kebijaksanaan untuk
melihat perubahan secara alami dan membiarkannya memudar. Bila Anda bereaksi,
bagaimanapun, dengan menyukai atau tidak menyukai, itu bukanlah kebijaksanaan.
Anda hanya menciptakan lebih banyak penderitaan untuk diri Anda sendiri.


142
When we know the truth, we become people who don’t have to think much, we become people with wisdom. If we don’t know, we have more thinking than wisdom or no wisdom at all. A lot of thinking without wisdom is extreme suffering.

Ketika kita mengetahui kebenaran, kita menjadi orang yang tidak perlu banyak berpikir.
Kita menjadi orang bijaksana. Bila kita tidak mengetahui, kita lebih banyak berpikir
daripada menggunakan kebijaksanaan atau munkgin tanpa kebijaksanaan sedikitpun.
Banyak berpikir tanpa kebijaksanaan adalah penderitaan luar biasa.

143
These days people don’t search for the Truth. People study simply in order to find the knowledge necessary to make a living, raise their families and look after themselves, that’s all. To them being smart is more important than being wise.

Saat ini orang tidak mencari Kebenaran. Orang belajar hanya agar dapat memperoleh
pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup, memelihara keluarga dan menjaga diri
mereka sendiri, itu saja. Bagi mereka menjadi pandai adalah lebih penting daripada
menjadi bijaksana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar