Sabtu, 02 Juni 2012

9. Menghormati Tradisi



Apabila anda mengalami fenomena bathin atau pikiran jadi terang bercahaya, atau mengalami penglihatan istana dewata, dsb. — tidak perlu cemas. Cukup sadari saja apa yang sedang anda alami dan tetap meditasi. Kadang-kadang setelah beberapa saat nafas ini terasa pelan mendekati berhenti. Seolah-olah nafas akan lenyap dan anda terkejut. Jangan khawatir, tidak ada yang perlu ditakutkan. Anda hanya mengira bahwa nafas ini akan berhenti. Sebenarnya nafas tetap berada di sana, cuma ia jadi lebih halus daripada biasanya. Dengan berjalannya waktu, nafas akan kembali normal dengan sendirinya.Pada mulanya, anda cukup hanya memusatkan perhatian(konsentrasi) agar pikiran tenang dan diam. Apakah sedang duduk di kursi, sedang mengendarai mobil, mendayung perahu, atau di manapun anda berada, anda mesti jadi cukup mahir dalam meditasi sehingga anda dapat memasuki keadaan tenang sesuai dengan kemauan. Ketika anda naik kereta dan duduk di dalamnya, segera bawa pikiran anda pada keadaan tenang. Sedang apapun anda, anda dapat selalu bermeditasi. Tingkat kemahiran ini menandakan bahwa anda menjadi terbiasa dan bersahabat denga Jalan. Kemudian anda menyelidikinya. Gunakan kekuatan dari ketenangan ini untuk menyelidiki yang anda alami.
Pada apa yang anda lihat, pada apa yang anda dengar, cium, kecap, rasa dalam tubuh anda,atau pikiran dan perasaan dalam bathin. Pengalaman inderawi apapun yang memunculkan diri — disukai atau tidak — ambillah untuk kontemplasi. — Sekedar benar-benar tahu apa yang sedang anda alami [sekarang, di sini]. Jangan memberikan
makna atau menafsirkan maknanya kepada objek kesadaran indria ini. Jika sesuatu baik, ketahuilah bahwa ia baik, jika buruk, juga ketahuilah bahwa ia buruk. Ini merupakan realitas konvensional.
Baik atau jahat, semuanya tidak permanen, tak dapat memuaskan dan tanpa diri. Semuanya tidak bisa diandalkan. Tak sesuatupun darinya yang layak untuk digenggam atau dilekati. Jika anda dapat menjaga latihan kedamaian dan penyelidikan ini (peace and inquiry), kebijaksanaan akan bangkit dengan sendirinya. Apapun yang diinderai dan dialami akan masuk ke dalam liang ketidak-kekalan, liang tak ada sesuatu yang bisa memuaskan, dan lubang tanpa-diri. Inilah adalah meditasi vipassana.
Pikiran itu sejatinya memang sudah tenang,ketika pikiran yang tidak murni timbul, lemparlah mereka ke dalam salah satu dari tiga lubang sampah itu. Inilah esensi dari vipassana: buanglah segalanya ke dalam anicca, dukkha,anatta. Baik, buruk, tidak menyenangkan, atau apapun — lepaskan saja. Dalam waktu singkat pemahaman dan insight akan mekar di tengah-tengah tiga corak umum ini – insight yang masih lemah, ya memang. Pada tahap awal kebijaksanaan ini masih lemah, tetapi cobalah memelihara latihan dengan konsisten.
Sulit untuk mengatakannya, ini seperti seseorang yang ingin mengenal saya, mereka harus datang dan tinggal di sini.
Dengan hubungan sehari-hari kita akan saling mengenal.
Ini merupakan waktu yang panjang sejak kita mulai bermeditasi.
Meditasi untuk memahami, untuk melepaskan, untuk menghapuskan, dan untuk menjadi tenang.
Dulu saya adalah seorang bhikkhu-pengembara. Saya telah berkelana dengan jalan kaki untuk mengunjungi guru-guru dan mencari kesunyian. Saya tidak berkeliling buat member ceramah Dhamma. Saya pergi untuk mendengarkan Dhamma dari guru-guru besar Buddhis waktu itu. Saya tidak pergi untuk mengajar mereka. Saya mendengarkan nasehat apapun yang mereka berikan. Walaupun Bhikkhu muda atau junior yang mengatakan Dhamma, saya mendengarnya dengan sabar.
Bagaimanapun saya jarang berdiskusi tentang Dhamma. Saya tidak melihat manfaat dari diskusi yang berkepanjangan.
Saya menerima ajaran apa adanya, langsung pada apa yang ditunjuk mereka untuk mentas-meninggalkan (renunciation) dan pelepasan (letting go). Apa yang saya lakukan adalah melepas dan meninggalkan. Kita tidak perlu menjadi mahir dalam kitab-kitab.
Hari-hari berlalu, kita terus bertambah tua, tetapi setiap hari kita cuma berkutat dengan khayalan — kehilangan hal yang sesungguhnya. Mempraktikkan Dhamma adalah sesuatu yang berbeda dengan sekedar mempelajarinya.
Saya tidak menyalahkan beragamnya bentuk dan teknik meditasi. Selama kita mengerti makna dan tujuan yang sebenarnya,tidaklah salah. Namun menyebut diri kita meditator
Budddhist, tetapi tidak mengikuti kode-etik biara (vinaya),menurut pendapat saya itu takkan berhasil. Mengapa? Karena kita melewatkan bagian vital dari Jalan ini. Dengan mengabaikan sila, maka samadhi dan wisdom tidak akan jalan.
Beberapa orang mungkin memberitahukan anda untuk tak terikat pada ketenangan dari meditasi samatha: “Tak perlu samatha; langsung saja kembangkan wisdom dan insight
dalam vipassana.” Menurut hemat saya, kalau kita berusaha mengambil jalan pintas langsung ke vipassana, kita akan menjumpai kesulitan menyelesaikan perjalanan ini.
Jangan meremehkan cara berlatih dan teknik meditasi para Guru-Guru Biara Hutan yang terkenal, seperti Yang Mulia Ajahn Sao, Mun, Taungrut, dan Upali. Jalan yang mereka ajarkan sungguh bisa diandalkan dan benar seluruhnya – jika kita menjalankan
seperti yang telah mereka lakukan. Jika kita mengikuti jejak langkah mereka, kita akan memperoleh insight tulen dalam diri kita. — Ajahn Sao menjaga sila dengan sempurna.
Beliau tidak mengatakan bahwa kita dapat melewatkannya.
Jika para master besar dari Tradisi Hutan ini telah menganjurkan latihan meditasi dan etika biara dalam cara tertentu, kita musti mengikuti apa yang mereka ajarkan dengan rasa hormat yang dalam. Jika mereka mengatakan untuk melakukan itu,
maka lakukanlah. Jika mereka mengatakan berhenti karena itu salah, maka berhentilah. Kita melakukannya bukan hanya dengan keyakinan. Kita menjalankannya dengan ketulusan dan tekad bulat. Kita menjalankannya hingga kita melihat Dhamma
dalam bathin kita sendiri, hingga kita adalah Dhamma. Inilah yang diajarkan oleh para Master Hutan. Sebagai gantinya para murid mengembangkan rasa hormat yang penuh pengertian, kepatuhan, kasih sayang kepada mereka — karena adalah dengan mengikuti jalan mereka, mereka bisa melihat yang telah dilihat gurunya. Cobalah. Lakukan seperti yang saya katakan. Kalau anda sungguh-sungguh melakukannya anda akan melihat Dhamma, menjadi Dhamma. Kalau anda sungguh menempuh pencarian ini, apa yang bisa menghentikan anda? Kekotoran pikiran akan hancur asal anda melakukan pendekatan dengan strategi yang benar: Jadilah orang yang melepas (renounces), yang sedikit bicara, puas dengan kesederhanaan – jadi orang yang melepaskan semua pandangan serta pendapat-pendapat yang sebenarnya cuma tumbuh dari merasa-diri-penting
(self-importance) dan kesombongan. Kemudian anda akan bisa mendengarkan siapa saja dengan sabar kendati apa yang mereka katakan salah. Anda juga sabar saat mendengarkan orang yang berkata benar. Cobalah jalan ini pada diri anda. Saya
jamin, semua itu mungkin jika anda berusaha. Para cendekiawan,sayangnya, jarang membawa Dhamma ke dalam praktik.
Ada beberapa, tetapi cuma sedikit. Ini memalukan.
Kenyataan, bahwasanya anda telah menempuh perjalanan sebegitu jauh untuk berkunjung kemari — ini layak mendapat pujian.
Ini menunjukkan keteguhan hati. – Ada beberapa Vihara yang hanya mendorong studi [teori] saja. Para Bhikkhu belajar dan belajar, terus dan terus tanpa akhir, dan tidak pernah berhenti padahal perlu berhenti. Mereka hanya mempelajari kata “damai”.
Tetapi kalau anda dapat duduk diam, anda akan menemukan nilai yang sesungguhnya. Inilah cara anda melakukan penyelidikan. Penyelidikan ini benar-benar bernilai dan kokoh.
Ia langsung berkait dengan apa yang telah anda baca.
Namun jika para cendekiawan tidak mempraktikkan meditasi, maka pengetahuannya itu akan sedikit yang sungguh dipahaminya.
Begitu mereka memakai ajaran ke dalam praktik, maka hal-hal yang sudah mereka pelajari tersebut akan menjadi nyata dan jelas.
Jadi mulailah praktik! Kembangkan pemahaman ini. Coba tinggal hutan dan menetaplah di sebuah gubuk kecil. Mencoba latihan ini untuk beberapa waktu dan membuktikannya sendiri akan jauh lebih bernilai daripada hanya membaca bukunya.
Kemudian anda dapat berdiskusi dengan diri anda sendiri.
Amati pikiran manakala ia bebas dan lepas dalam keadaan alaminya. Sewaktu ia menjadi ber-riak dan bergelombang —dari keadaannya yang tenang [keadaan alaminya] menjadi dalam bentuk pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep — ini merupakan proses mulai terbentuknya sankhâra. Berhati-hatilah dan terus amati dengan teliti proses pembentukan ini.— Begitu ia gerak dan bergeser dari keadaan alami ini,
saat itu praktik Dhamma tak lagi berada di jalur yang benar.
Ia tergelincir ke dalam: entah memanjakan-diri atau menyiksa diri.
Tepat disitulah. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya jaringan pengkondisian mental. – Jika keadaan pikiran baik, maka akan membentuk pengkondisian yang positif. Kalau keadaan pikiran buruk, pengkondisiannya negatif. Itulah yang terbentuk dalam pikiran anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar