Para
pencari kebajikan yang berkumpul bersama untuk mendengarkan Dhamma,
dengarkanlah dengan damai. Mendengarkan Dhamma dengan damai maksudnya berusaha
mengarahkan pikiran Anda hingga satu titik, kemanunggalan pikiran. Berikan
perhatian pada apa yang Anda dengar, kemudian biarkan itu berlalu. Inilah yang
dinamakan mem- buat pikiran tinggal dalam kedamaian.
Dapat
mendengarkan Dhamma merupakan berkah utama dan salah satu aspek dalam
mempraktekkan Dhamma. Ketika mendengarkan Dhamma, doronglah diri anda, arahkan
batin-tubuh ini pada kekhusukan meditatif, samadhi. Di jaman Sang Buddha,
murid-muridNya mendengarkan Dhamma dalam keadaan samadhi guna memahami apa yang
disampaikan Sang Buddha, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya benar-benar
dapat merealisasikan 1) Dhamma selagi mereka duduk, mendengarkan.
Tempat ini
sudah baik dan cocok untuk berlatih meditasi. Saya telah menginap disini
beberapa malam dan saya merasa bahwa ini adalah tempat yang penting. Pada level
eksternal, di sini sudahlah tenang dan damai; sisanya tinggal urusan internal,
yakni: apa yang ada di dalam batin dan pikiran anda. Untuk itu, saya minta Anda
semua mengerahkan usaha untuk berkonsentrasi, namun janganlah jengkel apabila
pikiran ini hanya bisa damai untuk beberapa saat saja.
Mengapa Anda
datang kemari untuk berlatih meditasi? Sebabnya karena pikiran dan batin Anda
belumlah bisa mengerti hal-hal yang seharusnya dipahami. Dengan kata lain, Anda
belum memahaminya sesuai dengan kebenaran, sebagaimana adanya sesuatu atau apa
itu sesungguhnya. Mana yang benar dan mana yang salah? Apa itu yang membawa
penderitaan bagi Anda dan apa yang menyebabkan kebimbangan Anda? Jadi
pertama-tama Anda kemari untuk membuat diri Anda tenang. Alasan Anda datang
kemari guna mengembangkan ketenangan dan pengendalian diri adalah karena batin
dan pikiran Anda belumlah tenteram. Batin Anda tidak tenang, kacau, tak
terkendali; banyak ke- bimbangan dan kegelisahan. Itulah mengapa Anda berusaha
ke sini hari ini, maka dari itu: Anda musti meneguhkan batin buat mendengarkan
Dhamma.
Saya minta
Anda berkonsentrasi, dengarkan dengan penuh perhatian apa yang akan saya
sampaikan. Saya minta ijin berbicara agak lugas karena memang begitulah gaya
karakter saya. Namun, kendatipun saya berbicara dengan tegas dan keras,
sesungguhnya saya melakukan ini dengan penuh metta (cinta kasih), — terhadap
Anda semua. Saya mohon maaf apabila apa yang saya sampaikan ada yang membuat
Anda tak nyaman, ini hanya karena perbedaan budaya antara Thailand dengan
negeri Barat saja. Sebenarnya, berbicara sedikit galak itu barangkali justru
akan bermanfaat: guna memicu orang-orang untuk tetap mendengarkan; karena kalau
tidak, mungkin mereka jadi ngantuk atau acuh tak acuh, tanpa mengerti sesuatu
pun; mereka cenderung sibuk dengan dirinya sendiri dan bermalas-malasan.
Dalam
praktek, meskipun kelihatannya terdapat banyak cara, sesungguhnya hanya ada
satu. Seperti pohon buah, dapat saja kita memperoleh buah dalam waktu yang
singkat dengan mencangkok, tetapi pohonnya tidak akan bertahan lama, tak bisa
awet. Cara lain adalah menanam bibitnya, menyuburkan dan merawatnya, dengan
begitu pohon yang tumbuh akan benar-benar kuat dan awet sekali. Praktek
berjalan persis dengan kebenaran ini.
Pada masa
awal-awal praktek, saya pun punya masalah untuk memahami ini. Saat dimana saya
tidak mengetahui apa itu sesuatu (sesungguhnya), sebagaimana adanya, saya
dapati duduk bermeditasi sungguh merupakan penderitaan, pernah hingga
meneteskan air mata dalam banyak kesempa- tan. Dalam beberapa segi, saya kadang
mengarahkan terlalu keras, pada waktu lain kurang keras, tidak pernah menemukan
level yang "pas". Untuk berpraktek di jalan kedamaian ini, berarti
bukanlah terlalu keras pun tidak terlalu kendur, pokoknya: yang pas (just
right). Saya dapat melihat banyak dari Anda yang kemari sangat bingung akan hal
ini. Ada beragam orang yang berpraktek dengan cara yang berbeda- beda pula, dan
mereka telah belajar dari banyak guru. Dan ketika Anda datang kemari untuk
berpraktek bersama, hal itu menimbulkan banyak kebimbangan. Guru yang ini berkata
Anda harus berpraktek seperti ini, guru yang itu mengajarkan harus begitu, guru
lainnya mengatakan lain lagi dan seterusnya. Anda duduk disini dalam
konflik-batin dan menjadi gelisah, tanpa mengetahui metode mana yang harus
digunakan, tanpa mengerti substansi berpraktek yang sesungguhnya; hanya
menghasilkan kebingungan. Ada banyak sekali guru-guru dan juga ajaran-ajaran,
tidak ada yang tahu mana yang sebaiknya dipakai guna membawa keharmonisan dalam
praktek bersama. Akibatnya hanyalah kebimbangan dan ketidakmenentuan di
sepanjang waktu.
Jadi
berusahalah untuk tidak berpikir terlalu banyak. Jika Anda berpikir, lakukanlah
dengan kesadaran (awareness). Pertama Anda perlu membuat pikiran Anda tenang.
Ketika "yang mengetahui" hadir di situ, tak perlu lagi berpikir2).
Keawasan akan muncul tepat di situ, dan ini bakal menjadi kebijaksanaan
(panna). -- Bentuk-bentuk pemikiran biasa bukanlah panna, itu cuma pikiran
mengembara tanpa tujuan, akhirnya hanya menghasilkan kegelisahan.
Jadi pada
tahap ini, cobalah untuk tidak berpikir. Di rumah, tidakkah Anda sudah berpikir
banyak sekali? Itu hanya mengacaukan batin ini. Anda perlu mengembangkan
"yang mengetahui" (the knowing) disini. Pikiran yang obsesif bahkan
bisa membuat Anda menangis. Cobalah!, larut tenggelam dalam rentetan
pemikiran-pemikiran yang terdelusi. Ini bukanlah kebenaran (truth), bukan
panna. Sang Buddha adalah orang yang sangat bijaksana: beliau belajar bagaimana
cara menghentikan pemikiran (how to stop thinking). Dengan cara yang sama, kita
semua praktek disini guna menghentikan pemikiran; maka duduklah dengan tenang.
Awalnya haruslah tenang dulu, bila yang ada hanya pemikiran-pemikiran makapanna
tidak akan muncul, - tak ada Dhamma disitu. Segala yang timbul
(pemikiran-pemikiran), akan segera berkembang biak terus-menerus. Jika pikiran
sudah kalem, tiada perlu lagilah untuk berpikir; kebijaksanaan pun akan muncul
dengan sendirinya di situ. Selama Anda masih berpikir, panna tidak akan muncul.
Begitu pikiran kalem dan mengendap, ke-awas-an akan muncul dalam ketenangan
tersebut. la akan berisi keduanya: pemikiran dan kebijaksanaan berpasangan3).
Apabila pikiran tak bisa kalem, maka tiada panna di situ, hanya
pemikiran-pemikiran belaka dan berakibat kegelisahan.
Dalam
MEDITASI untuk menenangkan pikiran, janganlah berpikir terlalu banyak. Pokoknya
bertekad bahwa: sekaranglah saatnya melatih pikiran, tidak ada lainnya. Jangan
biarkan pikiran melenceng ke kiri atau kanan, ke depan atau belakang,
tersandung ke atas atau terpeleset ke bawah. Anda tidak mengerjakan hal lain
kecuali mempraktekkan anapanasati (perhatian penuh pada napas). -- Letakkan
perhatian Anda pada atas kepala, lalu perlahan-lahan turun ke bawah, melalui
badan hingga ke ujung kaki, dan kembali ke ubunubun kepala. Sapu-kan kesadaran
turun melewati sekujur bagian tubuh, amati, gunakan panna. Beginilah caranya
hingga Anda mendapatkan pemahaman awal akan sifat tubuh ini...
Selanjutnya,
mulailah bermeditasi. Pahami bahwa: tugas Anda saat ini semata-mata hanya
mengamati: napas masuk, napas keluar. Jangan memaksa napas lebih panjang atau
lebih pendek dari normalnya, cukup biarkan ia berjalan dengan nyaman. Jangan
memberi tekanan apapun pada-nya, cukup biarkan napas mengalir seimbang,
lepaskan segala sesuatunya sejalan dengan tiap napas-masuk dan napas-keluar...
Perlu
dipahami bahwa Anda sedang: berpraktek sembari melepas – membiarkan segala
sesuatunya berlalu (letting go); -- namun harus selalu ada ke-awas-an disitu.
Anda harus tetap menjaga kesadaran (awareness) ini selagi Anda membiarkan napas
masuk dan keluar dengan senyaman mungkin. Tak perlu memaksa ataupun
mengendalikannya, cukup biarkan napas mengalir dengan enteng dan alamiah.
Peliharalah pemikiran bahwa pada saat ini: tidak ada tugas atau urusan lain
apapun yang perlu dikerjakan. -- Pemikiran-pemikiran seperti: apa yang akan
terjadi, apa yang akan saya ketahui, apa yang akan saya jumpai, mungkin saja
muncul selama duduk.
Tapi begitu
mereka muncul, sekedar biarkanlah buah-buah pikir tersebut berakhir dengan
sendirinya. Tidak ada sesuatu pun yang perlu dikerjakan dengannya.
Selama
duduk bermeditasi, tidak perlu memperhatikan sensasi-sensasi atau
perasaan-perasaan yang muncul. Begitu pikiran ditimpa oleh rasa4) , begitu
timbul perasaan atau sensasi di dalam pikiran, sekedar: lepaskanlah -- biarkan
itu berlalu. Entah itu balk atau buruk tidaklah penting. Saat ini bukan urusan
Anda untuk berbuat sesuatu terhadap hal-hal tersebut, biarkan itu semua berlalu
dan kembalikan fokus perhatian pada napas. Tetap pelihara ke-awas-an pada na-
pas, napas masuk dan napas keluar. Jangan menciptakan penderitaan dikarenakan
napas sepertinya terlalu dangkal atau terlalu dalam. Hanya amati saja, tanpa
mencoba untuk mengendalikan ataupun menahannya dengan cara apapun. Dengan kata
lain, jangan melekat! Sekali Anda memahami ini, dan membiarkan napas berlangsung
sebagaimana mestinya, secara alami maka pikiran pun akan mengendap tenang.
Sembari Anda teruskan, berangsur-angsur pikiran akan merelakan lepas segala
sesuatunya dan beristirahat. Napas pun kian halus dan semakin halus hingga
akhirnya begitu lembut sehingga seolah-olah berhenti. Baik tubuh maupunpikiran
terasa enteng, semua rasa capek hilang, yang tersisa hanyalah satu titik saja
yaitu,"mengetahui". Pikiran telah mencapai keadaan-tenang (state of
calm)...
Jikalau
pikiran sangat gelisah, kembangkanlah sati (perhatian penuh). Tarik napas
dalam-dalam hingga tiada ruang buat menampung udara lagi, lalu lepaskan hingga
habis tak bersisa. Ulangi, tarik napas dalam-dalam hingga penuh, kemudian
hembuskan habis. Lakukan ini tiga kali. Tegakkan konsentrasi dan pikiran pun
akan jadi lebih kalem. -- Apabila ada lagi impresi perasaan yang timbul serta
membuat pikiran gelisah, ulangilah proses diatas. Hal ini dapat dipakai baik
ketika meditasi duduk maupun jalan. Bila sedang bermedi- tasi jalan dan pikiran
Anda kacau, terganggu, berhentilah, bawa perhatian Anda hingga titik tenang dan
kembalikan kesadaran mengetahui (sense of knowing) hingga pikiran fokus pada
obyek meditasi, barulah kemudian lanjutkan berjalan. Tidak ada perbedaan antara
meditasi duduk dan jalan, hanya istilah dan posturnya yang berbeda.
Kadang-kadang
terjadi ketidakmenentuan, Anda butuh sati di sini, jadilah "Ia yang
Mengetahui" (the one who knows), terus ikuti dan periksa pikiran yang
gelisah ini, apa- pun wujudnya... Inilah manfaat sati, menjaga dan melindungi
pikiran, pikiran pun menjadi the one who knows. Dalam menjaga pikiran dengan
keawasan -- apapun kondisi yang muncul didalamnya -- Anda harus pertahankan
`kesadaran yang mengetahui' ini dan jangan lalai atau lupa.
Itulah
perihal sati, mengurus dan mengawasi pikiran.
Sekali
pikiran menyatu dengan sati, maka bakalan ada sejenis kesadaran tertentu yang
selalu hadir. Begitu pikiran mampu mengembangkan ketenangan, ia bakal terus
dibawah pen- gawasan ketenangan itu, seperti seekor ayam yang dikurung dalam
kandang. Begitu masuk ke dalam kandang, ia tak dapat lagi keluyuran keluar,
namun ia masih dapat jalan- jalan di dalam batas kandang. Jalan mondar-mandir
tidak membawa kerugian yang besar karena ayamnya berjalan di dalam kandang.
Ke-awas-an yang hadir saat pikiran tenang dan mempunyai sati, bukanlah sesuatu
yang dapat membuat Anda gelisah. Berarti: kapan saja ada pemikiran (thinking)
atau berbagai bentuk sensasi, musti berlangsung dalam keadaan tenang ini,
dengan demikian takkan mengakibatkan gangguan ataupun kekacauan.
Beberapa
orang tidak ingin mengalami sensasi-sensasi atau buah-buah pikir sama sekali,
tapi ini justru namanya berlebihan. Sensasi-sensasi dan perasaan tetap muncul
di dalam keadaan-tenang. Pikiran mengalami perasaan-perasaan dan ketenangan
bersama-sama, tanpa terganggu. Ketika pikiran tenang seperti ini, kecil
kemungkinan timbul konsekuensi yang berbahaya. Yang perlu diperhatikan adalah
saat ketika ayam keluar dari kandangnya. Misal, ketika Anda sedang
memperhatikan napas yang masuk-keluar, kemudian lupa diri. Membiarkan pikiran
mengembara lepas dari na- pas, (menuju) pulang ke rumah, ke toko-toko atau
pelbagai tempat berbeda atau pun mengerjakan beragam hal. Mung- kin setengah
jam pun berlalu sebelum tiba-tiba sadar dan mulai memaki diri Anda sendiri
dikarenakan lemahnya kesadaran (sati). Inilah dimana Anda harus sangat
berhati-hati. Ini penting sekali karena begitu ayam lepas dari kandangnya
berarti pikiran keluar dari landasan ketenangannya.
Anda harus
menjaga untuk tetap memelihara "kesadaran mengetahui" (the knowing)
ini dengan sati dan selalu menarik balik pikiran Anda. Meskipun saya katakan
"menarik kembali" pikiran Anda, sesungguhnya tidak perlu ditarik
karena ia sebenarnya tidak kemana-mana. Sebenarnya ini hanyalah obyek kesadaran
itu sendiri yang telah berubah. Anda harus membuat pikiran tetap tinggal
disini, saat ini. Sungguh, ia memang sudah selalu ada disini dan selama ada
sati, maka akan ada kehadiran pikiran. Anda membayangkan menariknya kembali,
padahal sebenarnya ia tidak pernah pergi kemana-mana. Itu hanya suatu perubahan
yang terjadi dalam pikiran itu sendiri. Anda mengamati bahwa pikiran pergi
kemana-mana, namun sebenarnya ia tidak pergi kemanapun. Perubahan ini terjadi
persis pada tempat yang sama. Saat sati ini diperoleh kembali, dalam sekejap
Anda kembali ada ber- sama pikiran Anda, tanpa ia balik dari manapun. Terdapat
ke-awas-an tepat persis di tempat yang sama. Pahamilah hal ini seperti
demikian.
Ketika ada
"kesadaran-mengetahui" yang utuh, sadartahu terus menerus dan tanpa
putus di sepanjang dan setiap saat, dikatakan inilah kehadiran pikiran
(presence of mind)5) . Bila perhatian menyimpang dari napas pergi ke tempat
lain, maka kesadaran yang mengetahui (knowing) ini terputus.
Kapan saja
selama ada awareness pada napas, maka pikiran pun ada disana. Demikianlah kita
bicara tentang karakteristik dari pikiran. Memang seperti inilah pikiran itu.
Musti
selalu ada sati dan sampajanna. Sati adalah perhatian penuh (mindfulness) dan
sampajanna adalah kesadaran yang mengetahui dengan jelas. Sekarang juga,
sadarilah napas Anda dengan jelas. Melatih ini akan membangkitkan sati dan
sampajanna secara bersama-sama. Mereka berbagi tugas. Bila Anda memiliki sati
dan sampajanna, hal ini ibarat dua pekerja yang mengangkat dan memikul
papan-papan kayu secara bersamaan. Misal ada dua orang yang harus menggotong
papan yang berat dan pekerjaan ini begitu beratnya hingga hampir tidak
tertanggungkan, namun lalu ada seseorang yang hatinya penuh metta (cinta-kasih)
melihat dan segera berlari membantu mereka. Beginilah ketika terdapat sati dan
sampajanna, lalu panna pun akan muncul di situ un tuk membantu, dan
ketiga-tiganya bakal saling menyokong satu sama lain.
Ketika
panna datang menyokong, akan ada pemahaman akan obyek-obyek mental. Misalnya,
tatkala Anda sedang duduk meditasi dan kualitas-kualitas sati, sampajanna, dan
panna semua hadir dalam pikiran, begitu obyek mental dialami, ini segera bakal
menyulut munculnya perasaan-perasaan dan mood. Barangkali Anda mulai terpikir
akan seorang teman, maka tentu seketika muncul jawaban, Gak masalah, tak usah
dipikirin', `Stop', `Lupakan saja'. Atau bila buah- buah pikirnya tentang
kemana Anda akan pergi besok, maka jawabannya, `Saya nggak tertarik, saya tidak
mau merisaukan hal-hal itu'. Mungkin saja Anda mulai berpikir tentang orang
lain, dan dijawab, `Tidak, saya tidak mau ikut terlibat', `Saya tak mau
berurusan dengan orang lain', `Biarkan saja itu berlalu!', `Itu semua toh belum
tentu dan memang tiada pernah pasti'...
Selama
bermeditasi, begitulah caranya menghadapi pelbagai fenomena, dengan memahami
bahwa `ini tidak pasti', tidak pasti', begitulah cara Anda memelihara kesadaran
yang mengetahui (knowing). Anda harus lepas merelakan semua pemikiran itu,
ocehan mental dan segala keragu-raguan. Jangan terlibat dengan hal-hal ini
selama bermeditasi. Bila itu sungguh-sungguh berakhir, maka yang tersisa
hanyalah sati, sampajanna dan panna dalam bentuknya yang paling murni. -
Manakala
ketiga kualitas ini melemah, maka beragam kebimbangan pun muncul kembali, tapi
segera tinggalkanlah — sekedar sisakan: sati-sampajanna-panna. Usahakan
pelihara sati sepenuhnya, habis-habisan dan terus berpraktek sedemikian
sepanjang waktu. Hingga saatnya Anda akan mengerti mana yang sati, mana yang
disebut sampajanna dan mana yang panna. Hasilnya, Anda akan mengerti inilah dia
samadhi (konsentrasi-penuh), dan Anda akan memahami semua ini sepenuhnya secara
lengkap dan utuh.
Sewaktu
memfokuskan perhatian di situ, Anda akan menjumpai sati, sampajanna, samadhi
dan panna saling bekerja sama (put together). Ketika mengalami obyek-obyek
mental dari luar, andaipun mereka sangat memikat, maka Anda tetap bisa berkata,
`Ini tidaklah pasti' ("It's not sure'). Atau bila menjengkelkan dan Anda
ingin segera mengusirnya, katakan lagi `Ini tidak pasti'... Yang manapun juga,
mereka itu hanyalah halangan-mental (nivarana) dan ini semua harus disapu
bersih dari pikiran. Yang boleh tinggal hanyalah sati (perhatian-penuh),
sampajanna (kesadaran atau pemahaman yang jelas), samadhi (pikiran yang kokoh
tak bergeming), dan panna, pengetahuan menyeluruh yang sesuai dengan kebenaran.
Yah, begitulah seharusnya itu semua dipahami. Hanya sejauh inilah semua yang
perlu saya katakan tentang proses bekerja-nya meditasi.
Melanjutkan
pembicaraan tadi -- yang mana semuanya adalah tentang perangkat atau alat-alat
dalam bermeditasi -- maka sebaiknya Anda juga memiliki metta dalam batin dan
pikiran. Kualitas kemurahan hati, hati yang bajik, longgar, pemaaf dan penolong
-- peganglah ini semua sebagai fondasi kemurnian mental Anda. Sebagai contoh,
Anda bisa mulai dengan melonggarkan lobha (sikap mementingkan diri sendiri)
melalui latihan berdana. Dana itu berarti: memberi. Apabila seseorang itu
egois, mereka tidak bisa merasa tenteram, yang selanjutnya membawa pada
pelbagai ketidaknyamanan. Konyolnya: orang-orang cenderung sangat mementingkan
diri sendiri tanpa menyadari akibat buruknya bagi mereka sendiri.
Anda dapat
mengalami hal tersebut kapan saja. Coba amati, khususnya apabila Anda sedang
lapar. Misal Anda mendapat dua buah apel, dan ada kesempatan untuk berbagi
dengan seorang teman; Anda menimbang-nimbang beberapa saat, dan, memang, niat
untuk memberi itu jelas ada, tapi Anda hanya ingin memberikan apel yang lebih
kecil. Untuk memberikan apel yang besar, yaa..., oh sayang sekali! Sulk buat
berpikir langsung. Anda mengijinkannya, "Silakan ambil satu". Namun
kemudian Anda bilang, "Ini, ambillah..." dan menyodorkan apel yang
lebih kecil. Ini satu bentuk keegois-an yang orang-orang jarang sekali
memperhatikan. Pernahkah Anda berlaku demikian?
Dalam
ber-dana Anda memang musti bergerak melawan arus. Meskipun saat itu Anda ingin
memberikan bagian yang kecil, Anda harus paksa diri sendiri untuk memberikan
apel yang besar. Dan tentu saja, begitu Anda berhasil memberikannya pada rekan
tersebut, Oh! Betapa nyaman batin ini...
Melatih
batin untuk melawan-arus sungguh butuhkan disiplin- pribadi -- Anda harus tahu
bagaimana memberi dan mere- lakan, tidak membiarkan
sifat-mementingkan-diri-sendiri bercokol. Begitu Anda telah belajar bagaimana
memberi dan berbagi dengan orang lain, pikiran Anda akan ringan dan nyaman.
Bila Anda masih tak tahu bagaimana memberi, masih ragu-ragu buah mana yang
harus diberikan, pikiran jadi susah; dan meskipun Anda kemudian memberi bagian
yang lebih besar, bakal masih ada rasa sesal... Namun bila dengan segera Anda
tegas memutuskan: memberi yang besar, maka masalah pun sekejab berlalu, selesai.
Inilah caramela- wan watak sendiri dengan benar.
Dengan
berlaku demikian, berarti Anda menang: berhasil menguasai diri sendiri.
Sebaliknya: kalau Anda tak dapat melakukannya, itu seperti Anda telah
dikalahkan oleh diri Anda sendiri dan akan terus menjadi egois. Kita semua
pernah berperilaku egois -- inilah kilesa (kekotoran-batin) yang perlu
dipotong. Dalam kitab-kitab Pali, praktik memberi disebut ber-dana, yang akan
membawa kebahagiaan pada orang lain, dan untuk membantu proses pemurnian
pikiran dari kekotoran batin. Anda harus merenungkan hal ini serta
mengembangkannya dalam praktik.
Anda
mungkin berpikir latihan demikian ini seperti membuat susah diri sendiri, tapi
itu tidaklah benar. Lebih tepatnya adalah: Anda membuat susah si tanha6) dan
kilesa7). Jika kilesa muncul, Anda mesti berbuat sesuatu untuk menyembuhkannya.
Kilesa itu seperti seekor kucing nyasar. Jika Anda memberinya makan sebanyak
yang ia mau, ia bakal terus menerus datang untuk meminta lebih lagi. Suatu hari
jika ia mencakar dan Anda tidak memberinya lagi makan, ia masih akan muncul
sambil mengeong, dan Anda tetap tidak memberinya makan satu atau dua hari
berikutnya, maka ia tak akan datang lagi. Sama halnya dengan aneka ragam
kilesa. Kalau Anda berhenti memberi mereka makan, mereka tidak akan datang
mengganggu Anda lagi; mereka bakal membiarkan pikiran tinggal dalam damai. Jadi
daripada membiarkan diri Anda takut pada kilesa, buatlah mereka yang takut pada
Anda; caranya dengan melihat Dhamma dalam batin Anda di sini dan saat ini juga.
Dimanakah
letaknya Buddha-Dhamma? Ada di dalam pemahaman dan penyadaran akan apa saja
yang berlangsung dalam pikiran ini. Setiap orang mampu untuk mengetahui, semua
orang dapat memahaminya. Buddha-Dhamma tidaklah berada di dalam buku, tidak
perlu mengerjakan sesuatu yang hebat, studi dan baca yang banyak sekali. Cukup
lihat ke dalam diri Anda sekarang juga, Anda akan mengerti apa yang saya
bicarakan ini. Setiap orang dapat melihatnya karena ia terletak tepat di batin
semua orang. Setiap orang pasti punya kilesa, ya kan? Bila Anda dapat
melihatnya, maka Anda dapat memahaminya. Dahulu, Anda sudah memberi
kekotoran-batin ini makan dan memeliharanya, sekarang Anda harus mengenalinya
dan tidak mengijinkan mereka datang membuat susah diri Anda lagi.
Unsur pokok
berikutnya dalam praktik adalah menjaga sila (moralitas). Sila akan melindungi
praktik dan memeliharanya ibaratnya seperti ibu dan ayah yang merawat anaknya.
Menjaga sila maksudnya tidak hanya berarti menghindari untuk melukai orang lain
(makhluk lain) tapi lebih jauh juga: membantu dan melindungi mereka. Minimal,
Anda harus menjaga lima sila (Pancasila), yakni:
1. Tak
hanya tidak membunuh atau sengaja merugikan makhluk lain, namun juga menebarkan
niat-bajik terhadap seluruh makhluk.
2. Jujur,
menahan diri dari penyalahgunaan hak-hak makhluk lain -- dengan kata lain:
tidak mencuri.
3. Dengan
sadar tidak berlebihan dalam menjalin hubungan seks. Dalam kehidupan
berumah-tangga, berlaku struktur keluarga dimana terdapat seorang suami dan
seorang istri. Jika Anda tahu rasa-cukup (moderation), maka Anda dapat
menjalankan praktik Dhamma. Sekedar kenalilah siapa suamimu atau siapa istrimu.
Mengenal cukup, tidak berlebihan dalam jumlah aktivitas seks, tahu batas dan
tidak mengumbar sesuka hati. Sering orang-orang tidak tahu batas, mungkin satu
suami tidak cukup, maka mereka punya kedua atau ketiga. Menurut hemat saya,
dengan satu pasangan pun Anda tidak bakal bisa total memuaskan mereka
sepenuhnya meski dengan cara apapun, jadi memiliki dua atau tiga pasangan
adalah cuma mengumbar nafsu kasar. Dalam hal ini, Anda mesti coba membersihkan
pikiran Anda dan melatihnya agar tahu rasa-cukup. Hidup bersahaja adalah
kemurnian sejati; tanpanya maka takkan ada batas dalam berperilaku. Apabila
Anda diberi sejumlah makanan lezat, jangan larut terlalu jauh pada rasanya yang
enak, ke- nalilah perut Anda dan seberapa banyak makanan yang pantas
dibutuhkan. Jika makan berlebihan, hal itu dapat mengganggu, untuk itu tahulah
hidup bersahaja. Tahu cukup adalah jalan yang terbaik, cukup dengan satu
pasangan saja; dengan dua atau tiga pasangan malah akan menyebabkan ribut dan
kacau.
4.
Berbicara jujur. Ini juga sebuah alat untuk mencerabut kilesa. Seseorang
mustilah lurus, jujur dan tulus.
5. Menahan
diri dari meminum minuman keras atau mengkonsumsi narkoba. Anda harus bisa
mengendalikan diri dan lebih baik tinggalkan semua itu. Orang itu toh sudah
di-mabuk-kan oleh keluarga mereka, saudara dan teman, harta benda, kekayaan dan
apa saja. Rasanya cukuplah sudah, jangan diperparah lagi dengan mengkonsumsi
minuman keras atau narkoba. Hal itu hanya akan membuat pikiran ini gelap.
Jelas, orang yang menjualnya tidak mengerti dan tidak peduli. Andalah yang
musti melihatnya sendiri. Seseorang yang minum dalam jumlah banyak, berusahalah
untuk menguranginya berangsur, dan akhirnya dapat meninggalkan semua itu secara
total. Barang- kali saya perlu meminta maaf, namun saya berbicara seperti ini,
sesungguhnya adalah demi kebaikan Anda sendiri, agar Anda mengerti dan sadar
mana hal yang bermanfaat. Anda perlu mengerti bagaimana keadaan yang
sebenarnya. Seperti misal sekarang Anda tinggal di sini, hal apakah itu yang
sedang menekan anda? Perbuatan-perbuatan apa yang menyebabkan tekanan (stress)
ini muncul? Berbuat baik akan memberikan hasil yang baik dan berbuat buruk akan
membuahkan akibat yang buruk. Inilah penyebabnya. Inilah yang saya ingin Anda
pahami. Sekali lagi saya meminta maaf, saya sungguh tak ingin berbicara begini,
tapi sebagai murid Sang Buddha, saya HARUS melakukannya! Semua yang telah saya
katakan di sini adalah untuk memberikan perangkat guna membantu dan mendukung
Anda dalam berpraktek.
Begitu sila
ini murni, akan memunculkan kualitas-kualitas: kejujuran serta kebaikan hati
terhadap sesama, dan hal ini akan membawa kepuasan hati, bebas dari rasa
khawatir dan penyesalan. Bebas dari rasa menyesal adalah salah satu wujud
kebahagiaan, rasanya hampir seperti hidup di alam surga. Anda makan dan tidur
dengan nyaman diliputi kebahagiaan yang terbit dari sila. Inilah prinsip
praktik Dharma - - mengendalikan diri dari tindakan-tindakan buruk sehingga
kebajikan pun terbit. Apabila sila dijaga dengan cara demiki- an, kejahatan
akan hilang dan timbul kebaikan. Inilah hasil dari praktek yang benar.
Namun ini
belumlah akhir ceritanya. Begitu orang sudah memperoleh kebahagiaan, mereka
cenderung jadi lalai, tidak lagi menjalankan praktiknya lebih lanjut; mereka
terpaku pada kebahagiaan. Mereka tidak melanjutkan praktek, man- deg, lebih
tertarik pada kebahagiaan `surgawi' ini. Memang menyenangkan hidup seperti itu,
tetapi tidak ada pengertian tulen di situ. Anda harus terus merenungkan hal ini
dan jangan terdelusi. Renungkan lagi dan lagi rapuhnya dari kebahagiaan ini. Ia
tidak pasti; takkan berlangsung selamanya. Tak terlalu lama Anda bakal berpisah
dengan kebahagiaan ini. Ini sungguh tidak pasti. Begitu kebahagiaan ini pergi,
maka penderitaanlah yang muncul, dan orang mulai menangis lagi. Bahkan para
`dewa' dan `dewi' pun akan berakhir dengan tangis dan penderitaan. Untuk
itulah, Sang Buddha memberitahu agar tetap terus merenungi guna melihat
kekurangan ini, bahwa masih terdapat sisi tidak memuaskan dari kebahagiaan ini.
Namun demikian, selama orang-orang mengalami kebahagiaan ini, mereka cenderung
tidak bisa sungguh-sungguh mengerti. Kedamaian ini seolah-olah nyata dan pasti,
terselimuti oleh kebahagiaan yang mengecoh, dan menghalangi orang untuk bisa
melihat aspek penderitaan di balik itu.
Kebahagiaan
tersebut bukanlah kedamaian yang pasti dan abadi, tapi malah merupakan salah
satu bentuk dari kilesa. Ini bentuk halus dari kilesa yang mana setiap orang
akan terpikat di dalamnya. Semua orang senang akan bahagia. Padahal,
kebahagiaan itu timbul justru karena kita sedang terpikat. Begitu sifat
memikatnya itu hilang, maka penderitaan pun muncul. Di sinilah orang harus
merenungkannya, melihat bahwa itu tidak pasti dan segala keterbatasannya.
Begitu hal-hal berubah, penderitaan muncul dan hal ini pun juga tidak pasti,
akan berlalu. Jangan menganggap bahwa ini adalah pasti dan aman. Inilah yang
disebut Adinavakatha, perenungan akan sifat tidak memuaskan dan keterbatasan
dari segala yang berkondisi (sankhara). Ini berarti memeriksa dan merenungkan
kebahagiaan, bukan sekedar terima men- tah-mentah begitu saja. Memahaminya
sebagai sesuatu yang tidak pasti, jangan kita melekat kuat padanya. Kita cukup
memegang dan kemudian membiarkannya berlalu, lebih baik daripada menggenggamnya
dengan erat. Lihatlah sisi manfaat dan sisi kerugian yang terkandung dalam
kebahagiaan. Memahami meditasi berarti bersedia mengakui aspek cacat yang terkandung
dalam kebahagiaan ini. Renungkanlah. Saat kebahagiaan hadir di situ, amatilah
dengan tuntas dan mendalam hingga kekurangan-kekurangan tadi nampak dengan
jelas. Inilah kualitas khusus dari seseorang yang menjalankan praktik meditasi.
Begitu
seseorang mampu melihat bahwa segala hal itu tak sempurna, tak mampu untuk
sungguh-sungguh memuaskan (dukkha), maka hati dan pikiran akan mengerti
Nekkhamakatha -- batin yang merefleksi mentas meninggalkan kegairahan-nafsu,
seiring dengannya pikiran pun menjadi enggan, bakal mencari jalan untuk lepas
darinya. Keengganan akan datang setelah menyaksikan bagaimanakah sesungguhnya
dunia-wujud, bagaimana sejatinya hakekat suara, hakekat sifat bau-bauan,
hakekat pengecapan, hakekat cinta dan benci. Timbul rasa-enggan, yang berarti:
mengindikasikan tiada hasrat lebih jauh untuk menempel atau melekat pada aneka
fenomena lagi. Mundur teratur dari kemelekatan (upadana) sampai titik dimana
Anda bisa tinggal dengan nyaman, mengamatinya dengan tenang-seimbang tanpa
lengket ataupun menggenggam. Inilah kedamaian yang lahir dari praktek.
Sekarang,
saya ingin menanyakan praktik anda. Anda sudah bermeditasi di sini, namun di
dalam benak anda, apakah Anda sudah yakin atau percaya pada praktek Anda
sendiri? Dewasa ini bermacam-macam orang mengajarkan meditasi, termasuk para
bhikkhu pun umat awam. Untuk itu saya takut Anda penuh keragu-raguan atas
praktek seperti ini. Sungguh tidak ada yang lebih hebat atau lebih tinggi
dibanding ajaran Sang Buddha yang mana sedang Anda praktekkan di sini. Bila
Anda mengerti dengan jelas, Anda dapat membuat pikiran dan batin ini damai dan
tidak bergejolak.
Dalam usaha
Anda membuat pikiran ini tenang, yang dikenal dengan sebutan samadhi bhavana
atau meditasi, Anda tentunya telah mengamati bahwa pikiran ini berubah-ubah.
Beberapa hari Anda duduk bermeditasi, pikiran dengan cepat sekali menjadi
tenang. Saat lain ketika duduk, entah kenapa pikiran tidak bisa tenang, terus
menerus bergumul, berusaha cari jalan keluar hingga akhirnya bisa juga.
Beberapa hari pikiran ini baik-tenang, pada hari lainnya tidak terlalu baik.
Keadaan pikiran memperlihatkan dirinya pada kita untuk dipahami. Anda harus
mengerti bahwa jalan mulia berunsur delapan datang bersama-sama dalam
sila-samadhi-panna dan tidak ada yang lain. Seperti Anda bermeditasi barusan,
Anda membawa sila-samadhi-panna pada tempatnya. Dengan kata lain Anda memberi
kondisi munculnya Sang Jalan dengan cara langsung.
Ketika
duduk bermeditasi, sebaiknya memejamkan mata, karena ini mendorong Anda untuk
dapat mengenali pikiran Anda sendiri, jangan melihat-lihat berbagai macam hal.
Lihatlah ke dalam pikiranmu sendiri. Kalau Anda tutup mata, perhatian akan
diarahkan ke dalam dan ini akan meng- hasilkan banyak ragam pengetahuan — yang
tidak pernah kita lihat selama ini. Saat Anda duduk bermeditasi dengan mata
terpejam, sadari napas dengan sejelas mungkin. Seolah-olah tidak ada hal lain
yang lebih penting dibandingkan napas. Kita katakan sadar sepenuhnya ke dalam,
mengikuti napas dan seiring dengannya Anda akan kenali tempat dimana sati,
`yang mengetahui' dan kesadaran datang bersamaan.
Kapan saja
faktor-faktor ini menjadi harmonis. Anda dapat melihat napas, perasaan yang
dialami, pikiran dan obyeknya berlangsung sedemikian adanya. Akhirnya Anda akan
tahu titik fokal dimana samadhi hadir, tempat dimana kesemua faktor-faktor ini
bersatu.
Ketika Anda
bermeditasi, letakkan perhatian sepenuhnya pada napas dan bayangkan diri Anda
sedang duduk disini sendiri tanpa ada orang lain maupun hal lainnya. Tekankan
perhatian pada perasaan ini bahwa Anda sedang duduk sendiri dan tumbuh-kembangkan
hingga pikiran tidak menghiraukan hal-hal diluar lagi sepenuhnya. Cukup sadar
pada napas yang masuk dan keluar, abaikan segala hal diluar. Jangan biarkan
diri Anda mulai keluyuran memikirkan tentang orang lain, siapa yang duduk
disebelah sini? Siapa yang di situ? Kapan saja pikiran memunculkan tanda-tanda
kegelisahan, jangan meladeninya. Lebih baik buang mereka jauh-jauh dan jangan
diurusi lagi. Tidak ada seorang pun disekeliling saya, kecuali diri ini.
Lanjutkan hingga semua persepsi-persepsi dan ingatan yang beraneka macam muncul
dan berlalu. Anda tidak lagi bertanya-tanya tentang orang ataupun keadaan di
sekitar Anda diluar diri. Kemudian Anda dapat menempatkan perhatian semata-mata
pada setiap tarikan dan hembusan napas. Biarkan napas berjalan dengan alami,
janganlah memaksanya lebih panjang atau lebih pendek, lebih kuat atau lebih
lemah dari biasanya. Biarkan ia berlangsung dengan normal dan mantap. Duduk dan
amatilah napas yang masuk dan keluar.
Saat
pikiran sudah tidak memperdulikan lagi hal-hal yang terjadi di luar, pikiran
tidak akan terlalu terpengaruh lagi oleh suara-suara lalu lintas atau bunyi
lainnya. Bagaimanapun kondisi-kondisi diluar, suara-suara atau apapun juga
tidak akan menjadi sumber gangguan lagi, karena pikiran sudah tidak lagi memberikan
perhatian penting untuk hal-hal tersebut. Pikiran sudah begitu terpusat dan
terkonsentrasi pada napas.
Jika
pikiran ini terganggu oleh aneka macam hal, dan susah bagi Anda untuk
berkonsentrasi, tariklah napas dalam-dalam hingga tidak ada lagi ruang untuk
menampung udara didalamnya. Kemudian hembuskan napas hingga tak bersisa.
Ulangilah tiga kali dan pusatkan kembali pikiran kepada `yang-Mengetahui' (the
Knowing). Setelah Anda menguatkan kembali konsentrasi, adalah normal bagi
pikiran menjadi tenang beberapa saat kemudian kembali gelisah dan bingung lagi.
Untuk itu kokohkan kembali pikiran dengan menarik sebuah napas dalam-dalam,
kemudian hembuskan hingga terbuang sempurna. Isilah paru-paru untuk menampung
udara lagi beberapa saat dan setelah itu bawa pikiran kembali pada napas,
kokohkan lagi sati pada napas yang masuk dan terus pelihara ke-awas-an dengan
cara demikian ini.
Sudah tentu
diperlukan usaha dan banyak latihan duduk sehingga Anda dapat cukup terampil
untuk membiarkan dunia luar berlalu, serta tenang tak terganggu. Obyek-obyek
dan suasana luar sudah tidak dapat menggoyangkan pikiran ini lagi. Ketika tidak
ada lagi hal-hal yang berkenaan dengan itu semua, Anda akan dapat mengawasi
pikiran yang diwujudkan dengan adanya suatu sensasi di ujung hidung, ditambah
lagi bersamaan dengan napas akan muncul suatu obyek pikiran, hadir di situ.
Sati tidak lagi bergejolak dan terus mengawasi napas tanpa kesulitan yang
berarti. Bila pikiran ini tenang, napas berangsur-angsur lembut dan semakin
halus. Obyek dari pikiran pun menjadi lebih halus, pikiran dan tubuh ini terasa
lebih ringan dan segala fenomena-keadaan diluar pergi-berlalu. Pikiran akan
terus mengawasi hal-hal didalamnya -- segala yang dirasakan tubuh atau apapun
yang muncul dalam pikiran, dari saat ke saat.
Sejak itu,
`Kesadaran-yang-Mengetahui' akan beralih dari hal-hal luar ke-dalam pikiran,
dan fokus terhadapnya. Saat kesadaran muncul dari dalam bersamaan dengan itu,
peliharalah ke-awas-an di situ. Akan Anda dapati napas yang masuk dan keluar
dengan sangat jelas. Sati menjadi jelas, segala aktivitas mental terlihat
dengan lebih jelas. Pada titik ini, Anda akan mengerti bagaimana sila, samadhi
dan panna datang bersama-sama, inilah yang disebut bersatunya jalan. Saat
penyatuan ini berlangsung, pikiran terbebas dari segala perasaan gelisah dan
bingung. Pikiran menjadi begitu manunggalnya, inilah yang disebut dengan
samadhi. Ketika Anda mengawasi hanya satu titik, yaitu napas, bersamaan
dengannya akan ada pemahaman dan kesadaran yang jelas, sebagai hasil dari
mempertahankan sati terus-menerus. Bersamaan dengan kesadaran pada napas yang
semakin jelas, sati semakin kuat dan pikiran menjadi lebih peka, lebih sadar
akan berbagai macam hal. Anda dapati pikiran mengawasi semua ini bersama-sama
hingga pikiran sebegitu manunggalnya, kesadaran mengarah ke dalam [saat ini, di
sini]. Dunia luar berangsur-angsur lenyap dari pikiran. Pikiran tidak lagi
mengurus apapun juga hal-hal yang di luar sana. Ibaratnya Anda telah kembali
pulang ke `rumah' Anda dimana segala sesuatunya mewujud jadi satu unit lengkap
dan kompak. Ada rasa senang dan puas disana. Kesadaran (awareness) terbebas
dari hal-hal diluar dar hanya tinggal bersama napas. Setelah satu periode
waktu, keawasan ini pun bersatu dengan napas, napas jadi kian amat lembut,
sampai akhirnya sensasi akan napas pun menghilang dengan sendirinya. Anda boleh
katakan bahwa kesadaran akan napas tidak ada lagi, atau napas itu sendiri
lenyap, dan muncul ke-awas-an yang lebih dalam, jenis yang berbeda dari
sebelumnya.
Bisa jadi,
Anda hanya duduk di situ dan kelihatannya tidak ada lagi napas. Sebenarnya
napas masih tetap ada di situ, tapi ia menjadi semakin halus hingga nampaknya
seolah-olah tidak ada. Ini karena pikiran sudah sangat-sangat halus, kesadaran
sangat tajam. Yang tersisa hanyalah `yang- Mengetahui' ini. Meskipun napas
telah hilang, yang masih hadir hanyalah pengetahuan bahwa napas itu sudah tak
ada. Jadi sekarang apa yang harus diambil sebagai obyek medi- tasi? Ambillah
'yang-Mengetahui' ini sendiri sebagai obyek untuk melanjutkan meditasi,
pengetahuan bahwa tak ada lagi napas. Anda boleh mengatakan bahwa: suatu
kesadaran- yang-mengatahui khusus telah terbentuk.
Pada titik
ini, Anda mungkin memiliki keragu-raguan karena ada hal-hal yang tak diharapkan
muncul dengan sendirinya, termasuk nimitta. Dapat bermacam-macam jenisnya, baik
bentuk maupun suara. Jika nimitta ini timbul -- beberapa orang mengalaminya,
beberapa tidak -- pahamilah ia sebagaimana mestinya sesuai dengan kebenaran
(truth). Jangan bingung atau membiarkan diri Anda geger.
Pada tahap
ini, seharusnyalah menjaga konsentrasi dengan penuh kewaspadaan, kuatkan sati
dengan kemampuan dan usaha terbaik anda. Anda dapat saja takut ketika mendapati
bahwa tidak ada lagi napas di situ, karena Anda sudah terbiasa ada napas di
sana. Ketika nampaknya napas telah hilang, Anda menjadi panik dan takut
kalau-kalau Anda akan mati. Di sini Anda harus mempunyai pemahaman bahwa adalah
wajar terjadi hal seperti ini. Amatilah bahwa tidak ada napas, terima saja dan
ambillah kesadaran akan tiadanya napas sebagai obyek bagi 'yang-Mengetahui'
ini. Dikatakan bahwa inilah tahap paling stabil dari samadhi, dengan satu obyek
pikiran yang kokoh tak tergoyahkan. Begitu samadhi mencapai tahap ini, banyak
hal-hal aneh dan tidak umum bisa dialami pikiran. Tubuh terasa sangat ringan
atau bahkan hilang. Atau mungkin Anda rasanya melayang di udara dengan perasaan
tanpa bobot sama sekali. Dan dimana saja, saat Anda melihat atau menjadi sadar,
tidak ada apa-apa yang terjadi. Seolah-olah Anda sedang berada di udara dan
tidak yakin kalau-kalau tubuh sedang duduk disini. Inilah emptiness (kosong)
sempurna, lengkap dan seluruh pengalaman ini terasa agak aneh, asing bagi Anda.
Mengerti
dan pahamilah bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Buatlah perasaan ini
kalem dan tenang, bangun rasa kokoh-aman dalam batin. Karena sekali pikiran ini
terpusat dan terkonsentrasi, tidak ada obyek dan suasana apapun yang dapat
menembus ke dalamnya. Anda dapat tinggal diam seperti ini untuk waktu yang lama
sekali, tanpa merasakan sakit ataupun taknyaman selama bermeditasi.
Manakala
latihan samadhi telah mencapai level demikian ini, Anda bisa masuk ataupun
keluar [dari keadaan samadhi mendalam ini] sekehendak hati. Dan boleh dibilang,
Anda meninggalkannya dengan nyaman dan santai, bukan karena perasaan malas,
lemah atau lelah. Anda meninggalkannya karena memang waktunya perlu untuk
keluar dari kondisi samadhi tersebut. Kalau Anda duduk dan memasuki samadhi
seperti ini dalam waktu 30 menit atau saw jam saja, maka hati serta pikiran
akan menjadi sejuk dan kalem hingga berhari-hari. Hasilnya: pikiran menjadi
sangat murni, apapun yang dialaminya akan diambil dan dikontemplasikan.
Samadhi itu
berfungsi untuk menenangkan dan mengheningkan. Samadhi, sila, dan panna itu
masing-masing punya fungsinya sendiri-sendiri. Dalam meditasi kita memfokuskan
perhatian pada karakteristik-karakteristik ini yang kemudian saling
kait-mengkait membentuk lingkaran. Begitulah sila, samadhi, panna tampil
bersama di dalam pikiran. Begitu pikiran telah mulai tenang, maka dengan
tampilnya panna dan kekuatan samadhi, disitu akan muncul keteguhan serta
kendali dengan sendirinya. Enerji muncul dari ketenangan dan pemurnian pikiran,
dan enerji tersebut akan mendukung hingga membuat sila semakin murni. Berikutnya
hal ini akan kian menyokong samadhi, meningkatkan kwalitas samadhi yang sudah
ada, dan berkembangnya samadhi akan mengembangkan serta mendukung panna. Semua
itu kait mengkait dan saling mendukung. Pada puncaknya akan timbullah magga,
Jalan, yaitu sintesa dari ketiga unsur ini. Sila, samadhi, dan panna yang
bekerja bersama-sama dengan lancar serta konsisten akan membentuk satu
kesatuan, dan Anda musti menjaga enerji ini. Inilah enerji yang membangkitkan
vipassana (pengetahuan kebijaksanaan/insight). Dan pada tingkatan ini, begitu
panna telah bangkit, ia bakal menyediakan enerji dari dirinya sendiri secara
mandiri, terlepas dari pikiran ini sedang tenang atau tidak. Apabila pikiran
ini sedang tenang, ia tidak melekat dan bila sedang tidak-tenang, ia pun juga
tidak melekat. Bisa membiarkan segala kerisauannya berlalu dan pikiran pun akan
menjadi sangat enteng dan nyaman kendati Anda mengalami sesuatu yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. -- Demikianlah pikiran ini menjadi
tenteram dan damai.
Juga sangat
penting, adalah selalu memperhatikan bahwa: karena pikiran ini belum cukup
bijak, maka biasanya begitu meditasi formal selesai, sehabis bangkit dari
duduk, Anda sering melupakan semuanya, tidak lagi sensitif atau
mengkontemplasikan praktik yang seharusnya musti terus dilanjutkan [di
kehidupan sehari-hari, di luar duduk-formal]. Ketika Anda keluar dari samadhi,
Anda dapat menyadari dengan baik dan selanjutnya bertindak-tanduk sewajarnya.
Namun demikian, haruslah tetap ada `kesadaran-yang mengetahui' di situ -- sati
yang terus menerus serta seimbang. Jadi Anda bermeditasi bukan hanya ketika
dalam posisi duduk saja, samadhi itu berarti: membuat pikiran terpusat dengan
kokoh. Selagi berjalan, Anda harus membuat pikiran ini tenang dan diam, dan
pelihara-jaga pikiran yang diam ini dengan konsisten dalam segala aktivitas.
Milikilah sati dan sampajanna sepanjang waktu. Tidak hanya ketika sedang duduk,
tapi saat berjalan, di dalam mobil atau di mana saja, bila mata melihat sesuatu
bentuk atau telinga mendengar suatu bunyi, Anda harus menjaga 'yang-Mengetahui'
ini. Bila ada rasa terpikat atau rasa penolakan terhadap sesuatu dalam pikiran,
seketika itu juga tegakkan dan jaga 'yang-tahu' ini pada keadaan-keadaan mental
seperti itu. Mereka semua adalah tidak kekal, pikiran akan tinggal diam dan
`normal' dengan sendirinya.
Begitu
pikiran sudah tenang, renungkanlah obyek pikiran. Renungkanlah keseluruhan dari
bentuk-bentuk ini, tubuh dan pikiran, lakukan ini sepanjang waktu. Tidak hanya
ketika sedang duduk tapi ketika di rumah atau sedang bekerja, di segala
keadaan. Terus-menerus renungkan apa yang sedang dialami tubuh dan pikiran.
Cukup dengan melihat pohon yang dikelilingi oleh rerontokan daun ketika jalan-
jalan, ini juga petunjuk ketidakpermanenan, anicca. Kita ini sama dengan
daun-daun berguguran, begitu usia sudah lanjut, kita menjadi berkerut, lemah
dan mati. Semua orang sama. Ini disebut meningkatkan pikiran ke level
vipassana, merenungkan segala sesuatu terus menerus. Sati akan terpelihara
dengan mantap dan terus-menerus baik ketika sedang berdiri, berjalan, duduk
ataupun berbaring. Ketika Anda mengikuti dan memeriksa pikiran dengan rapat di
sepanjang waktu, ini dinamakan mempraktekkan meditasi dengan cara yang benar.
Bermeditasi
disini, sekarang jam 7 malam. Kita sudah duduk dan bermeditasi selama sejam dan
sekarang berhenti. Barangkali pikiran ini ikut berhenti juga, sesudah itu tidak
merenungkan apapun lagi. Ini adalah cara yang salah dalam berpraktek. Ketika
Anda selesai tadi, yang berhenti itu hanyalah perkumpulan dan meditasi formal
bersamanya, tapi `yang-Mengetahui' ini harusnya masih terus bekerja, secara
rata dan tanpa putus.
Sering saya
katakan, bahwa bila Anda tidak berpraktek secara kontinyu, itu seperti
tetesan-tetesan air, karena sati tidak mengalir lancar. Didalam praktik itu
tidak ada hal lain yang menjalankannya selain pikiran ini, bukan tubuh yang
mengerjakannya. Pikiranlah, ia yang bekerja, yang berpraktek. Bila Anda sungguh
mengerti hal ini, akan Anda dapati tidak lagi perlu harus duduk bermeditasi
(formal), pikiran sudah mengenali samadhi. Adalah pikiran yang mengerjakan
praktek ini, Anda musti memahami ini.
Begitu
mengerti hal ini, Anda seharusnya mengembang- kan dan memelihara `knowing'
sepanjang waktu, baik ketika sedang berdiri, berjalan, duduk atau berbaring.
Mungkin masih seperti air yang menetes, belum berupa aliran yang terus-menerus.
Praktiklah dengan sati, praktik kontinyu hingga `knowing' ini bagaikan aliran
air yang terus menerus. Sati akan hadir setiap saat dan sejalan dengan itu:
bakal ada 'knowing' yang terus-menerus akan obyek-obyek pikiran. Dengan
memiliki sati, pengendalian dan ketenangan yang kontinyu dan mantap, berarti
Anda akan mengetahui hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat ketika
muncul dalam pikiran. Atau kapan pikiran tenang dan terganggu. Jika Anda latih
pikiran ini, dimanapun Anda berada akan jadi demikian ini dan meditasi Anda pun
akan berkembang dengan cepat dan sangat baik.
Jangan
salah mengerti. Dewasa ini orang-orang menjalankan retret vipassana selama 3
hari atau seminggu, tanpa berbicara ataupun mengerjakan hal-hal lainnya. Selama
10 hari atau dua minggu, mereka menjaga tetap diam dan kemudian selesai.
Setelah retret selesai, mereka berpikir, Ahh, saya sudah menjalankan
"vipassana", dan sudah tahu semuanya itu'. Kemudian mereka pergi ke
pesta-pesta, hiburan malam, disko dan berfoya-foya sesuka hati. Ketika mereka
berperilaku demikian, maka apa yang terjadi? Takkan ada apapun lagi yang
tersisa dari retret. Mereka pergi dan melakukan serangkaian hal-hal bodoh yang
mengacaukan dan mengganggu pikiran, menghabiskan segala-galanya. Setelah itu
tahun depannya, mereka kembali dan menjalankan retret lagi selama 7 hari, dua
minggu atau sebulan. Lagi-lagi sesegera retret usai, mereka balik ke hiburan
malam, dugem, disko, berpesta pora dan mabuk-mabukan. Demikian ini bukanlah
praktek. Ini bukanlah patipada, jalan menuju lenyapnya penderitaan.
Anda perlu
berusaha meninggalkannya. Pikirkanlah efek-efek membahayakan yang datang dari
tabiat Anda, bahaya dari mabuk-mabukan dan pergi ke bar-bar. Lihatlah bahaya
yang dibawa hal-hal ini hingga ia jelas sepenuhnya. Kemudian mungkin saja bagi
Anda menarik diri dari semua itu, dengan demikian mencapai kedamaian. Untuk
memperoleh kedamaian, seseorang terlebih dulu dapat melihat kerugian dari
hal-hal negatif ini dan inilah cara yang benar untuk berpraktek. Jika Anda
retret selama 7 hari dimana tidak berbicara kepada siapapun, tapi kemudian lalu
pergi ngobrol dan bersenang-senang, bersuka-ria selama 7 bulan. Bagaimana Anda
bisa memperoleh nilai yang nyata dan berarti, hasil dari latihan berdiam-diri
selama 7 hari?
Saya akan
mendorong Anda semua, para perumah tangga baik pria maupun wanita, semua yang
bijaksana, untuk mengerti hal ini. Cobalah untuk latihan secara konsisten.
Lihatlah bahaya dari hal-hal yang merugikan di atas, lalu usahakanlah latihan
yang mantap dan berkesinambungan, hanya ini. Maka ada jalan untuk mengakhiri
kilesa ini. Tetapi pola dengan berdiam-diri selama 7 hari, tidak bermain, lalu
kemudian dibarengi dengan empat atau lima bulan bermain- main -- tanpa ada
pengendalian diri ataupun ketenangan -- berarti segala yang diperoleh dari
latihan akan lenyap, tanpa bersisa sama sekali. Seperti ketika Anda bekerja
selama satu hari dan memperoleh upah 20 pound, kemudian pergi dan habiskan 30
pound pada hari yang sama, dimanakah uang hasil dari bekerja seharian? Itu
semua akan habis.
lni adalah
semacam peringatan dan saya meminta maaf pada Anda sekalian. Saya harus
membicarakan hal ini supaya hal-hal yang salah menjadi jelas bagi Anda semua,
lalu Anda meninggalkannya. Datang kemari untuk berpraktek, Anda bisa katakan
adalah untuk melindungi diri dari melakukan hal-hal yang buruk di masa depan.
Apa maksudnya melakukan hal yang salah? Artinya melakukan sesuatu yang membawa
pada kegelisahan dan penderitaan, tidak ada kebaikan dalam pikiran dan tidak
ada kedamaian di sana. Memang seperti itu. Bila Anda berpraktek selama seminggu
tanpa berbicara, lalu kemudian menuruti hawa nafsu selama beberapa waktu,
bagaimanapun terus terang, Anda tidak akan mem- peroleh apapun dari hasil
latihan selama seminggu itu. Ban- yak pusat-pusat meditasi seperti ini. Sungguh
Anda perlu membawa hidup Anda pada pengendalian dan ketenangan yang
terus-menerus.
Selama
bermeditasi, Anda harus penuh perhatian terus menerus, seperti ketika Anda
menanam sebatang pohon. Bila Anda menanamnya di suatu tempat, 3 hari kemudian
mencabutnya lalu menanamnya di tempat lain. Setelah 3 hari berikutnya, Anda
mengambilnya lagi dan menanamnya pada tempat yang berbeda. Pohon itu pasti akan
mati tanpa menghasilkan sesuatu pun. Sama halnya dengan meditasi, ia tidak akan
berbuah. Renungkanlah ini dalam diri anda. Cobalah setelah Anda pulang ke
rumah. Tanamlah sebatang pohon di satu tempat selama beberapa hari lalu ambil.
Tanam kembali ia pada tempat lainnya, lalu cabut kembali. Pohon tersebut akan
mati. Ini sama dengan Anda bermeditasi se- lama retret satu minggu. Setelah itu
selesai, Anda bersenang-senang selama tujuh bulan, membiarkan pikiran menjadi
ternoda. Kemudian bermeditasi lagi selama tujuh hari, tanpa berbicara dan
menjaga diri, kemudian melupakan semua itu lagi. Seperti pohon, akan mati tanpa
meninggalkan sesuatu pun. Pohon tidak tumbuh, meditasi Anda tidak berkembang.
Saya tegaskan, berpraktek seperti ini tidak akan menghasilkan apapun. Buktikan
sendiri! Pulang, tanamlah sebatang pohon muda, setelah beberapa hari ambil
pohon itu. Saya pikir ia pasti sudah mati, tapi coba buktikan ini pada diri
Anda sendiri. Mengertikah anda?
Saya
bukannya suka bicara seperti ini, tapi ini karena saya sungguh prihatin akan
Anda semua sehingga tak dapat lain: saya musti bicara secara keras. Ketika Anda
melakukan hal-hal yang salah, saya mau tak mau harus mengingatkan Anda, tapi
itu karena saya prihatin akan anda semua. Betapapun, mungkin beberapa orang
merasa tidak nyaman dan berpikir saya pastilah sedang mengata-ngatai mereka.
Sungguh, itu bukan omelan, tetapi untuk bantu menunjukkan mana
kesalahan-kesalahan agar Anda ketahui dan mengerti. Beberapa orang berpikir,
`Luang Por' sukanya mengkritik kita, tapi bukanlah seperti itu. Untuk sekali
dalam waktu yang sudah lama sekali, saya bisa datang dan berceramah seperti
ini. Bilamana saya berbicara seperti ini setiap hari, Anda pastilah marah. Tapi
sungguh, bukanlah diri Anda yang marah, tapi hanya kilesa yang marah. Untuk itu
hari ini saya cukupkan sampai disini.
Keterangan
:
1) :
Merealisasikan Dhamma, maksudnya: mencapai pencerahan — ed.
2) :Where
there is knowing, there is no need to think: knowing atau sifat
"mengetahui" maksudnya adalah kesadaran (awareness) kita. Istilah
lain yang kadang juga digunakan adalah: keawasan, perhatian murni, sati,
"Ia yang mengetahui", mindfulness, dsb. — ed.
3) : Once
you are calm, awareness will arise from within that calm, and it will contain
both thinking and panna as a pair
4) : Rasa
(sensation, Pali: vedana): istilah "rasa" atau "perasaan"
ini maksud- nya BUKAN suasana hati [gembira, sedih, marah, iri, murung dlsb.]
tapi adalah sekedar berupa: rasa menyenangkan, tidak menyenangkan, atau netral
-- respon otomatis yang mengikuti kesan mental [sekejab timbul begitu pikiran
kita kontak dengan obyek] – ed.
5) :
Kehadiran pikiran: pikiran disini merujuk ke pikiran tulen (true mind) — ed.
6) :Tanha
(craving): kehausan psikologis, kecanduan, ketergila-gilaan yang subtil; nafsu
kemauan/keinginan yang bodoh karena pikiran ini tidak terlatih, kelirutahu,
menyangka bahwa pelbagai hal (obyek-obyek pikiran tsb.) bisa sungguh memuaskan,
abadi, dan solid -- ed.
7) :
Kilesa: ketika ia tidak mewujud, ketika pasif/dormant, ia berupa kotoran batin
(defilements); dalam bentuk aktifnya ia mewujud berupa gangguan emosional/emosi
yang teraduk/affliksi – ed.
oleh Ajahn Chah
Alih bahasa: Haryandi, ST
Penerbit: Vidyasena Production Yogyakarta
anumodana
BalasHapusAnumodana....
BalasHapus